Ngainun Naim
Saya cukup sering
menyimak pengajian Tafsir Jalalain yang diampu oleh KH Abdul Wahab Khalil, M.A.
Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Arrisalah Mamba’ul Ma’arif Denanyar
Jombang. Sepanjang tidak ada kegiatan yang berbenturan, saya berusaha untuk menyimak pengajian beliau via facebook. Hari Sabtu malam (6 Juni 2020) selepas magrib saya kembali menyimak pengajian. Ayat demi ayat beliau baca, diberi makna, dan kemudian diberikan penjelasan.
Saya mencatat beberapa hal yang menurut saya sangat menyentuh
hati dan memberikan banyak manfaat buat saya. Pertama,
pentingnya
menata niat dalam diri ini secara baik. Kiai Wahab menyatakan agar kita jangan
mendikte Allah. Tidak semua hal yang terjadi dalam hidup ini sesuai dengan
kehendak kita. Ada yang sesuai, ada yang seolah-olah justru menyakitkan hati. Tetapi
justru di situlah Allah memberikan hikmah dan barakah dalam hidup. Beliau
memberikan contoh tentang bagaimana seorang guru yang kuliah di kampus yang
tidak terkenal sama sekali. Mendaftar kuliah di berbagai kampus terkenal, tidak
diterima. Tetapi justru dari kampus yang tidak terkenal itulah beliau mendapatkan
banyak berkah dan manfaat hidup.
Jika direnungkan, cara
pandang ini sangat fundamental. Kita memang harus berusaha secara maksimal
dalam menjalankan usaha, tetapi jika tidak sesuai dengan harapan, kita tidak
boleh putus. Ada banyak rahasia Allah yang tidak kita ketahui. Karena itu niat
untuk mencari ridho Allah harus senantiasa hadir dalam diri kita.
Kedua,
seseorang
akan meninggal dunia sebagaimana kebiasaan dalam kehidupannya sehari-hari.
Implikasinya, jika kita ingin meninggal dunia secara khusnul khotimah maka kita
harus berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. Ini harus diupayakan secara
baik. Jika berbuat dosa, segera bertobat. Gunakan seluruh aktivitas hidup dalam
kerangka ibadah. Kiai Wahab mengajak kita untuk membiasakan diri selalu berdzikir
agar hidup kita selalu dalam lindungan Allah.
Ketiga,
merenungkan
tentang substansi hidup. Hidup dan segala hal yang ada dalam hidup ini bermuara
pada tiga hal; (1) makan. Seluruh aktivitas hidup kita pada ujung-ujungnya juga
untuk memenuhi kebutuhan makan. (2) Hal-hal yang sifatnya material. Selain
makan, usaha keras mencari rezeki juga untuk memiliki rumah, mobil, dan hal-hal
material lainnya. Karena itu penting memperhatikan aspek ke-[3], yaitu
bagaimana harta kita diinfakkan di jalan Allah.
Keempat,
makan
itu jangan terburu-buru. Renungkan bagaimana prosesnya sebelum menjadi nasi.
Berbulan-bulan, bahkan bisa lebih. Berapa ribu tangan yang turut andil sampai
menjadi nasi yang bisa kita makan. Karena itu bersyukurlah. Jangan sampai
ketika makan jangan sampai ada yang tersisa sebutir pun. Ini sungguh karunia
Allah yang luar biasa. Jadi kalau mau makan diniati sebagai ibadah. Lakukanlah
makan dan minum secara perlahan. Renungkan, hayati, dan syukuri. Sungguh
karunia Allah sangat luar biasa terhadap hidup ini.
Kelima,
ketika
manusia meninggal dunia, hal yang pertama kali hilang adalah “namanya”. Orang
yang takziah tidak akan bertanya dengan menyebut nama, tetapi menyebut dengan
“jenasahnya di mana? Bukan lagi namanya yang disebut. Karena itulah Kiai Wahab
menganjurkan agar kita berbuat baik selama hidup di dunia ini.
Hidup ini sesungguhnya
penuh dengan ujian. Ujian umur adalah untuk apa hidup ini digunakan. Ujian ilmu
adalah bagaimana kita mengamalkannya. Sementara harta ujiannya dua, yaitu dari
mana kamu dapatkan dan untuk apa kamu belanjakan. Kiai Wahab menjelaskan
tentang Abdurrahman bin Auf sebagai sahabat Nabi yang paling akhir masuk sorga.
Sedangkan Nabi paling akhir masuk sorga adalah Nabi Sulaiman. Mengapa? Karena
hartanya sangat banyak sehingga hisabnya paling lama.
Demikian catatan
sederhana ini, semoga bermanfaat.
Trenggalek, 7 Juni 2020
Menyimak pengajiannya pak Dr.
BalasHapusTerima kasih Pak Doktor
HapusSangat menyegarkan Pak. Terimakasih atas uraiannya Pak.
BalasHapusBarakallah, Bapak Naim. Membaca renungan ini dalam masa memulai hari semoga bisa memberikan cahaya untuk menjalani hari ini secara utuh. Terima kasih ilmunya, Bapak.
BalasHapusAmin.
HapusMakasih Pak Naim, dapat ilmu lagi. Apa ada link beliau yg bisa disimak lewat youtube?
BalasHapusSama-sama. Saya belum menemukan link youtube. Beliau biasanya memakai FB: https://www.facebook.com/PonpesAlrisalah.mama/videos/240944787109641/.
HapusMakasi ilmunya Pak Ngainun
BalasHapusSama-sama Mas Doktor
HapusSubhanalloh.... Terimakasih Pak, bukan hanya menginspirasi tetapi juga menyejukkan hati, seingat saya, sekali orang masih bisa bernafas di situ sebenarnya Allah masih merahmati kita semua...
BalasHapusSama-sama Mas. Hanya merekam pengajian dalam tulisan saja.
HapusAlhamdulillah pagi pagu dapat ilmu yg bermanfaat. Terima kasih pak kyai
BalasHapusSama-sama Omjay.
HapusLuar biasa pak..
BalasHapusTerima kasih utk ilmunya
Sama-sama Bu Milla
HapusAlhamdulillah dapat pencerahan lagi,terimakasih pak Dr.
BalasHapusSama-sama Pak Guru
HapusBanyak orang menjadi wali ketika merenungkan tentang makan...
BalasHapusMatur suwun Kang
HapusParagraf terakhir cukup mengena. Nuwun ilmunya.
BalasHapusSuwun Mas
HapusSaya selalu mengambil hikmah disetiap musibah yg sy alami.Tetap semangat menghadapi hidup. Thanks pak.
BalasHapusMenambah ilmu
BalasHapusSuwun Mas
HapusSetiap manusia diuji oleh Allah, hanya saja ujian itu bermacam-macam. Laa yukallifullqhu nafsan illa wus'aha...
BalasHapusTerima kasih p. Naim.... Ilmu yang diberikan hari ini.
Sama-sama Pak
HapusMutiara hikmah yang mencerahkan di tengah kegelisahan hidup dalam ketidakpastian dalam masa pandemi covid-19
BalasHapusSuwun Mas
HapusTerima kasih banyak bapak atas ilmunya..
BalasHapusTerima kasih sari pengajian Sang Kyai, menyejukkan hati, mbuatvaku makin rindu PPMM guru2 beserta dzurriyah mbah Bisri...
BalasHapusMenyambung sanad ilmu dan tabarrukan Bu
HapusCatatan yang memiliki makna sangat mendalam yang kadang tidak kita sadari hal kecil ternyata menjadi sandi yang patut dipelajari. Seperti orang mati tidak lagi ditanya siapa namanya oleh orang yang masih hidup, tapi di mana jenazahnya. Terima kasih pak.
BalasHapusSuwun pak
BalasHapusSami-sami
Hapusmaturnuwun. jadi berpikir. lek wong ngene iki mbesok..kapan masuk sorgane?hehehe. nopo mendet nomor urut?hehehe
BalasHapusHe he he
Hapus