Senin, 08 Juni 2020

Selalu Ada Hikmah dari Setiap Takdir Hidup


Ngainun Naim


Saya cukup sering menyimak pengajian Tafsir Jalalain yang diampu oleh KH Abdul Wahab Khalil, M.A. Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Arrisalah Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Sepanjang tidak ada kegiatan yang berbenturan, saya berusaha untuk menyimak pengajian beliau via facebook. Hari Sabtu malam (6 Juni 2020) selepas magrib saya kembali menyimak pengajian. Ayat demi ayat beliau baca, diberi makna, dan kemudian diberikan penjelasan. 
Saya mencatat beberapa hal yang menurut saya sangat menyentuh hati dan memberikan banyak manfaat buat saya. Pertama, pentingnya menata niat dalam diri ini secara baik. Kiai Wahab menyatakan agar kita jangan mendikte Allah. Tidak semua hal yang terjadi dalam hidup ini sesuai dengan kehendak kita. Ada yang sesuai, ada yang seolah-olah justru menyakitkan hati. Tetapi justru di situlah Allah memberikan hikmah dan barakah dalam hidup. Beliau memberikan contoh tentang bagaimana seorang guru yang kuliah di kampus yang tidak terkenal sama sekali. Mendaftar kuliah di berbagai kampus terkenal, tidak diterima. Tetapi justru dari kampus yang tidak terkenal itulah beliau mendapatkan banyak berkah dan manfaat hidup.
Jika direnungkan, cara pandang ini sangat fundamental. Kita memang harus berusaha secara maksimal dalam menjalankan usaha, tetapi jika tidak sesuai dengan harapan, kita tidak boleh putus. Ada banyak rahasia Allah yang tidak kita ketahui. Karena itu niat untuk mencari ridho Allah harus senantiasa hadir dalam diri kita.
Kedua, seseorang akan meninggal dunia sebagaimana kebiasaan dalam kehidupannya sehari-hari. Implikasinya, jika kita ingin meninggal dunia secara khusnul khotimah maka kita harus berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. Ini harus diupayakan secara baik. Jika berbuat dosa, segera bertobat. Gunakan seluruh aktivitas hidup dalam kerangka ibadah. Kiai Wahab mengajak kita untuk membiasakan diri selalu berdzikir agar hidup kita selalu dalam lindungan Allah.
Ketiga, merenungkan tentang substansi hidup. Hidup dan segala hal yang ada dalam hidup ini bermuara pada tiga hal; (1) makan. Seluruh aktivitas hidup kita pada ujung-ujungnya juga untuk memenuhi kebutuhan makan. (2) Hal-hal yang sifatnya material. Selain makan, usaha keras mencari rezeki juga untuk memiliki rumah, mobil, dan hal-hal material lainnya. Karena itu penting memperhatikan aspek ke-[3], yaitu bagaimana harta kita diinfakkan di jalan Allah.
Keempat, makan itu jangan terburu-buru. Renungkan bagaimana prosesnya sebelum menjadi nasi. Berbulan-bulan, bahkan bisa lebih. Berapa ribu tangan yang turut andil sampai menjadi nasi yang bisa kita makan. Karena itu bersyukurlah. Jangan sampai ketika makan jangan sampai ada yang tersisa sebutir pun. Ini sungguh karunia Allah yang luar biasa. Jadi kalau mau makan diniati sebagai ibadah. Lakukanlah makan dan minum secara perlahan. Renungkan, hayati, dan syukuri. Sungguh karunia Allah sangat luar biasa terhadap hidup ini.
Kelima, ketika manusia meninggal dunia, hal yang pertama kali hilang adalah “namanya”. Orang yang takziah tidak akan bertanya dengan menyebut nama, tetapi menyebut dengan “jenasahnya di mana? Bukan lagi namanya yang disebut. Karena itulah Kiai Wahab menganjurkan agar kita berbuat baik selama hidup di dunia ini.
Hidup ini sesungguhnya penuh dengan ujian. Ujian umur adalah untuk apa hidup ini digunakan. Ujian ilmu adalah bagaimana kita mengamalkannya. Sementara harta ujiannya dua, yaitu dari mana kamu dapatkan dan untuk apa kamu belanjakan. Kiai Wahab menjelaskan tentang Abdurrahman bin Auf sebagai sahabat Nabi yang paling akhir masuk sorga. Sedangkan Nabi paling akhir masuk sorga adalah Nabi Sulaiman. Mengapa? Karena hartanya sangat banyak sehingga hisabnya paling lama.

Demikian catatan sederhana ini, semoga bermanfaat.
Trenggalek, 7 Juni 2020

36 komentar:

  1. Sangat menyegarkan Pak. Terimakasih atas uraiannya Pak.

    BalasHapus
  2. Barakallah, Bapak Naim. Membaca renungan ini dalam masa memulai hari semoga bisa memberikan cahaya untuk menjalani hari ini secara utuh. Terima kasih ilmunya, Bapak.

    BalasHapus
  3. Makasih Pak Naim, dapat ilmu lagi. Apa ada link beliau yg bisa disimak lewat youtube?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Saya belum menemukan link youtube. Beliau biasanya memakai FB: https://www.facebook.com/PonpesAlrisalah.mama/videos/240944787109641/.

      Hapus
  4. Subhanalloh.... Terimakasih Pak, bukan hanya menginspirasi tetapi juga menyejukkan hati, seingat saya, sekali orang masih bisa bernafas di situ sebenarnya Allah masih merahmati kita semua...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mas. Hanya merekam pengajian dalam tulisan saja.

      Hapus
  5. Alhamdulillah pagi pagu dapat ilmu yg bermanfaat. Terima kasih pak kyai

    BalasHapus
  6. Luar biasa pak..
    Terima kasih utk ilmunya

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah dapat pencerahan lagi,terimakasih pak Dr.

    BalasHapus
  8. Banyak orang menjadi wali ketika merenungkan tentang makan...

    BalasHapus
  9. Paragraf terakhir cukup mengena. Nuwun ilmunya.

    BalasHapus
  10. Saya selalu mengambil hikmah disetiap musibah yg sy alami.Tetap semangat menghadapi hidup. Thanks pak.

    BalasHapus
  11. Setiap manusia diuji oleh Allah, hanya saja ujian itu bermacam-macam. Laa yukallifullqhu nafsan illa wus'aha...

    Terima kasih p. Naim.... Ilmu yang diberikan hari ini.

    BalasHapus
  12. Mutiara hikmah yang mencerahkan di tengah kegelisahan hidup dalam ketidakpastian dalam masa pandemi covid-19

    BalasHapus
  13. Terima kasih banyak bapak atas ilmunya..

    BalasHapus
  14. Terima kasih sari pengajian Sang Kyai, menyejukkan hati, mbuatvaku makin rindu PPMM guru2 beserta dzurriyah mbah Bisri...

    BalasHapus
  15. Catatan yang memiliki makna sangat mendalam yang kadang tidak kita sadari hal kecil ternyata menjadi sandi yang patut dipelajari. Seperti orang mati tidak lagi ditanya siapa namanya oleh orang yang masih hidup, tapi di mana jenazahnya. Terima kasih pak.

    BalasHapus
  16. maturnuwun. jadi berpikir. lek wong ngene iki mbesok..kapan masuk sorgane?hehehe. nopo mendet nomor urut?hehehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.