Dompetku Di Mana?

Ngainun Naim

Acara webinar “Lecture Series#10, Serial Diseminasi Hasil Penelitian Dosen IAIN Tulungagung” baru saja usai dilaksanakan. Acara dengan tema Aktualisasi Islam: Moderasi Beragama dan Pendidikan Multikultural di Indonesia tersebut menghadirkan narasumber Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, Dr. Iffatin Nur, M.Ag., dan saya sendiri. Sedangkan pembahasnya adalah Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo, Dr. Aksin Wijaya, M.Ag. Acara yang dipandu oleh moderator Dr. Phil. Syaifudin Zuhri, M.A. ini cukup sukses. Seluruh kuota Zoom penuh terisi. Mereka yang tidak bisa masuk Zoom akhirnya berpartisipasi via YouTube.

Saya segera shalat dhuhur. Setelah berbincang sejenak dengan teman-teman LP2M terkait pelaksanaan webinar, saya pamit kepada teman-teman. Saya harus mengantar Ibuk ke bank untuk menyelesaikan urusan administrasi Taspen.

Barang-barang yang saya bawa saya masukkan tas. Saya cek satu persatu. Rasanya sudah lengkap. Saya pun segera berjalan menuju kendaraan yang parkir di luar gedung.

Astaga, rasanya ada yang kurang. Saya mengecek saku celana belakang. Astaghfirullah, dompet saya tidak ada. Saya mencoba tidak panik. Biasanya dompet ada di dalam mobil. Saya segera masuk mobil dan mengecek setiap sudutnya. Hasilnya nihil.

Saya segera menuju tas. Biasanya saja menaruh dompet di saku tas. Saya buka dan cek. Tetap tidak ada.

Saya mengingat-ingat aktivitas saya yang berkaitan dengan dompet. Tadi pagi saat berangkat kantor saya mampir kantor pos untuk mengirimkan buku. Saat itu dompet masih ada karena saya harus membayar biaya pengiriman. Dan saya ingat persis dompet itu masih aman di saku.

Saya merenung sejenak. Kemungkinan ada di kamar mandi. Saya segera menuju kamar mandi. Tetap nihil.

Saya terdiam. Teman-teman di kantor belum saya beritahu terkait hal ini. Saya mulai lemas. Terbayang bagaimana jika dompet itu hilang. Kalau soal uang yang ada di dalamnya tidak terlalu terpikirkan karena saya ingat isinya tidak sampai seratus ribu ha ha ha. Tetapi kartu-kartu penting yang ada di dalamnya itu yang repot ngurusnya. Saya sudah jenuh ngurus hal-hal yang sifatnya birokratis semacam itu.

Saya menarik nafas panjang, lalu menuju ke kursi tempat saya duduk. Bagaimana mungkin saya mengantarkan Ibuk ketika tidak ada dompet? Padahal SIM ada di sana.

Saat duduk tiba-tiba ada sesuatu yang janggal. Kursis saya ada yang mengganjal. Berbeda dari biasanya. Saya berdiri. Ya Allah, ternyata dompet saya jatuh di kursi tempat duduk. Terima kasih Ya Allah.

Sungguh, dompet pun ternyata memiliki peranan yang luar biasa untuk menghasilkan catatan sederhana ini sebelum tidur. Salam literasi.