Senin, 25 Mei 2020

SOP Lebaran


Ngainun Naim
Bersama saudara-saudara


Mungkin Anda tertawa membaca judul ini. Mana ada SOP saat lebaran. Lebaran ya lebaran. Itu bagian dari tradisi Islam Indonesia yang unik dan khas. Meskipun sama-sama lebaran tetapi antara satu daerah dengan daerah lainnya terdapat variasi.

SOP itu biasanya ada di organisasi. Kepanjangan SOP adalah Standar Operasional Prosedur. Ia merupakan dokumen yang berisi tentang prosedur yang harus dilakukan agar sebuah kerja mencapai hasil yang maksimal. Di sini jelas bahwa adanya SOP membuat kerja menjadi terarah, sistematis, dan terukur.

Kaitannya dengan lebaran, memang tidak pernah ada SOP-nya. Ini hanya sebuah analogi untuk menggambarkan bagaimana saya menjalani tradisi silaturrahim dengan prosedur yang diberikan secara jelas. Pemberi prosedur tersebut adalah Bapak saya, Almarhum Kalib Surjadi.

Saya ingat persis bagaimana pada pagi hari sebelum kami berangkat silaturrahim, Bapak selalu memberikan instruksi. Isinya adalah daftar siapa saja yang harus dikunjungi selama seharian. Sesuai pengarahan beliau, instruksi biasanya diberikan sesudah hari pertama.

Mengapa tidak hari pertama? Itu akan saya buat tulisan khusus. Insyaallah setelah tulisan ini.

Hari kedua biasanya dimulai di Desa Wates. Bapak pernah mengajar MI di desa ini. Makanya saya dan adik-adik diharuskan silaturrahim ke beberapa guru kawan Bapak yang tinggal di desa ini. Seingatku ada tiga yang harus kami datangi.

Setelah itu kami meluncur ke Desa Podorejo. Di sini tinggal adiknya Bapak, Pak Mursani. Ada lima rumah di sekitar rumah beliau yang harus juga kami datangi. Maklum, mereka adalah kakak dan adik beliau.

Tujuan selanjutnya adalah Desa Doroampel. Di desa ini tinggal tiga saudara dari jalur Bapak. Baru setelah itu ke Desa Bendiljati Kulon dan Bendiljati Wetan.

Itu contoh SOP yang harus kami jalani. Sorenya saat pulang kami mesti ditanya kisah silaturrahmi kami. Pertanyaan demi pertanyaan itu membuat saya bisa bercerita detail.

Hari berikutnya juga berlaku hal yang sama dengan rute berbeda. Hari kelima baru bebas SOP karena biasanya kami punya agenda dengan teman-teman. Ke mana? Ya dolan ngalor-ngidul. Biasa, namanya juga remaja.

Ah, kini musim pandemi. Tidak ada lagi dolan secara fisik. Tapi saya bersyukur karena dulu mengikuti SOP dan diverifikasi saat pulang, kini saya lancar bercerita secara tertulis. Selalu ada hikmah dari setiap jejak hidup.

Parakan Trenggalek, 26 Mei 2020

31 komentar:

  1. Keren Tadz, ini menunjukkan hari raya yang intelektual. Tapi kalau saya hari raya dengan SOP ayam atau iga. Yaah, meski SOP-nya dalam bayangan... Hhh.. Hhh

    BalasHapus
  2. Ternyata kebiasaan kita dalam berlebaran sdh dengan sendirinya menjadi SOP

    BalasHapus
  3. Ada lagi SOP bertamu wah keren bila di ulas pak doktor

    BalasHapus
  4. SOP lebaran....
    Kalau gak baca isinya, dikira Sop kuah sebagai hidangan lebaran...

    BalasHapus
  5. Selamat Berhari Raya dengan SOP yang tepat

    BalasHapus
  6. Mantap pak... Sederhana tapi kayak makna....

    BalasHapus
  7. Hahaha... Ternyata sama ya.. mendapat instruksi untuk unjung sana unjung sini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha ha. Orang tua kita sangat peduli silaturrahmi Bu

      Hapus
  8. Saya yang tadinya tidak mengerti maksud kepanjangan dari SOP jadi tadi tidak bisa tertawa

    BalasHapus
  9. Ternyata sama ky bapak saya
    Dan semua manut apa kata beliau...
    Hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi. Ya harus nurut Bu. Jika tidak bisa ada ceramah berjam-jam.

      Hapus
  10. Inspiratif pak. SOP biasanya dipake d kampus, ada SOP Seminar Proposal, SOP Munaqasyah Skripsi, dst ..Eh..ternyata ada SOP Lebaran.

    BalasHapus
  11. Kayaknya setiap desa ada cerita menariknya masing2 Prof. Hehehe

    BalasHapus
  12. sepakat Prof selalu ada hikmah dalam perjalanan hidup

    BalasHapus
  13. Lebaran yang terukur dan terstruktur...hehe...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.