Oleh
Ngainun
Naim
Ini kisah sederhana
beberapa tahun lalu. Ceritanya saya ditunjuk menjadi dosen pembimbing skripsi
seorang mhsw. Tapi sudah sebulan lebih sejak konsultasi awal kok tdk ada
kabarnya. Tidak ada pilihan selain saya kirimi SMS utk ketemu saya.
Dia datang dg wajah
lesu. "Bagaimana skripsimu?", tanya saya. Panjang lebar dia bercerita
ttg persoalan yg menghambat prosesnya menulis skripsi. Saya
menyimpulkan bhw pokok persoalannya adalah komputer. Jadi menurut mhsw
tersebut, belum memiliki komputer menjadi penyebab lambatnya proses pengerjaan
skripsi.
Saya mengajaknya
diskusi tentang bagaimana caranya agar dia memiliki komputer karena menurut
dia, inilah kunci penyelesaian skripsinya. Dari berbagai alternatif yg ada, dia
memutuskan membeli komputer secara kredit.
Beberapa hari
sesudahnya dia SMS kalau sudah memiliki komputer. Saya ikut senang dan
mendorongnya untuk segera menuntaskan penelitian dan laporan skripsinya
mengingat waktu yang terbatas.
Sudah lebih sebulan
sejak memiliki komputer kok tidak ada kabar lagi. Saya pun mengirimi pesan agar
dia datang ke ruang saya. Kali ini wajahnya kembali lesu. Saya tanya ada
persoalan apalagi yang menghambat penulisan skripsinya mengingat dia sudah
memiliki komputer.
"Itulah pak
persoalannya. Ternyata memiliki komputer tidak menjamin skripsi selesai",
katanya. Saya tersenyum. Saya dengarkan seluruh keluh kesahnya. Setelah dirasa
cukup, saya beri dia saran tentang strategi yang harus dia lakukan agar
skripsinya selesai.
Intinya saya katakan
bahwa komputer itu 'alat', bukan 'tujuan'. Sebagai alat, ia hanya mempermudah.
Kuncinya tetap pada niat dan motivasi kita. Punya alat secanggih apa pun dan
semahal apa pun tidak akan menjamin skripsi (buku dan semua jenis tulisan
lainnya) selesai. Tetapi kalau memiliki niat yg sangat kuat, tidak bisa dan
tidak punya komputer pun dapat terus berkarya secara produktif. Mengetik itu
soal teknis. Itu bisa selesai di tangan rental. Bahkan banyak penulis produktif
sampai hari ini yg menghasilkan puluhan karya hanya dengan ditulis tangan.
Saya lihat dia
memahami penjelasan saya. Saya tidak ingat persis bagaimana perkembangan
selanjutnya. Seingat saya pada akhirnya dia lulus walaupun agak terlambat.
Salam. Semoga catatan sederhana di pagi buta ini ada manfaatnya. Amin.
Trenggalek, 12 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.