Oleh Ngainun Naim
Tulisan tentang menulis selalu menarik minat saya.
Entahlah, menulis itu membuat saya seolah mendapatkan energi hidup tambahan.
Ini biasanya saya peroleh dari membaca artikel para penulis penuh semangat
seperti Hernowo, Bambang Trim, Anton Kurnia, Moch. Khoiri, Wijaya Kusuma,
Tjiptadinata Effendi, Eko Prasetyo, Tubagus Entjep, dan banyak penulis lainnya.
Setiap membaca tulisan-tulisan mereka tentang dunia menulis, saya seakan
mendapatkan tambahan asupan energi baru.
Kok asupan? Ya, asupan—menurut saya—tidak hanya berupa
makanan dalam wujud fisik saja, tetapi juga berwujud nonfisik. Tulisan termasuk
dalam kategori ini. Tulisan yang dibaca secara jernih, direnungkan, dan
dihayati dapat menggerakkan pembacanya. Tentu saja posisi tulisan tersebut
hanya sebagai pemantik, sementara bagaimana aksi setelah membaca, tergantung
kepada pembaca sendiri.
Sadar akan peran penting membaca tulisan tentang menulis
ini, saya mengoleksi artikel dan juga buku tentang menulis. Buku-buku dan
artikel-artikel semacam ini biasanya saya baca saat semangat menulis sedang
menurun. Namanya juga manusia, spirit menulis itu fluktuatif: kadang naik dan
kadang turun. Kesibukan, fisik capek, banyak kerjaan, dan waktu terbatas
biasanya menjadi dalih untuk tidak menulis. Pada kondisi semacam inilah,
buku-buku dan artikel tentang dunia menulis berperan untuk membangkitkan
kembali semangat menulis. Pelan tapi pasti saya kembali menulis.
Jejaring sosial semacam facebook, twitter, blog, dan
sejenisnya juga menjadi media penting dalam menjaga spiritku menulis. Para
penulis hebat adalah mereka yang mau berbagi pengalamannya dalam menulis.
Mungkin mereka sekadar menulis saja, tetapi jika tulisan mereka mampu
menggerakkan orang lain untuk menulis, Insyaallah nilai kebaikannya akan terus
mengalir. Hal semacam itu yang juga aku harapkan dari kegiatanku menekuni dunia
menulis dan membaginya melalui blog, twitter, dan fb.
Selain itu, saya menemukan semangat menulis dari cerita
kawan yang juga menekuni dunia menulis. Saat bertemu mereka, saya biasanya
berbagi cerita, bertukar pengalaman, dan berusaha memetik hikmah tentang
bagaimana proses kreatif menulis dilakukan. Berbincang dengan sesama menulis,
sejauh yang aku alami, memiliki manfaat besar dalam menjaga semangatku menulis.
Tanggal 17 Desember lalu di IAIN Tulungagung tempatku
bekerja diadakan ”Bedah Buku”. Kebetulan aku yang menghubungi pembicaranya
sekaligus menjadi moderator acara. Kesempatan yang ada aku manfaatkan untuk
berbincang, menggali inspirasi, dan strategi menulis dari penulis yang bukunya
sedang dibedah tersebut. Setelah berbincang-bincang, saya merasakan betul
dampaknya. Saya kembali semangat menulis di tengah kesibukan yang semakin
menumpuk di akhir tahun.
Semangat menulis juga saya peroleh saat saya mengisi
kegiatan mahasiswa. Beberapa kali saya mengisi acara yang berkaitan dengan
dunia menulis. Saat semacam ini justru saya jadikan sebagai media untuk
menggali energi menulis. Saya ingin apa yang saya sampaikan tidak sebatas
teori, tetapi juga menjadi praktik. Karena itulah, saya harus membuktikannya.
Saya menulis untuk blog, artikel di media massa, dan menulis buku.
Itu sedikit pengalaman saya. Bagaimana dengan Anda?
Trenggalek, 26 Desember 2013
Ngainun
Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.