Oleh
Ngainun
Naim
Hidup ini penuh dinamika. Kadang susah dan kadang bahagia. Tidak ada satu
pun orang di dunia ini yang bahagia terus atau susah terus. Namun demikian, bagaimanapun
kondisinya, hidup itu seharusnya memang kita cintai. Mencintai hidup harus kita
usahakan agar hidup ini memiliki makna.
Mencintai hidup tampaknya menjadi salah satu kunci dalam pemikiran filosof
yang sering dinilai kontroversial, yaitu Nietszche. Saya mendapatkan serpihan
pemikiran Nietzsche ini pada buku yang judulnya cukup provokatif, Epistemologi Kiri yang diterbitkan oleh
Ar-Ruzz Media Yogyakarta (2006). Buku
ini sesungguhnya merupakan kumpulan makalah dari banyak penulis yang memiliki
latar belakang filsafat. Ya, para penulisnya adalah mahasiswa Pascasarjana
(ketika menulis makalah) Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Buku ini sendiri memuat 15 artikel yang berisi pemikiran kritis para tokoh,
mulai Karl Marx sampai Asghar Ali Engineer. Ada 14 tokoh yang dikaji plus satu
artikel penutup tentang refleksi kritis terhadap epistemologi Barat.
Artikel kedua ditulis oleh Sri Rahayu Wilujeng. Judul artikelnya
”Epistemologi Friedrich Wilhelm Nietzsche”. Di artikel inilah saya menemukan
ide menarik yang—menurut saya—penting untuk saya bagikan kepada para pembaca
sekalian. Saya tidak berpretensi mengajak Anda sekalian untuk setuju. Aspek
yang ingin saya ajukan adalah pentingnya mengambil pelajaran hidup dari percik
pemikiran Nietzsche.
Saya berpendapat bahwa percik pemikiran Nietzsche, betapa pun
kontroversinya, tetap memiliki nilai manfaat jika kita posisikan secara tepat
dalam konteks kehidupan kita. Salah satunya adalah pendapatnya tentang hidup.
Menurut Nietzsche, kita seharusnya mencintai kehidupan. Cinta kehidupan
berarti harus sanggup menanggung kenyataan bahwa manusia bukanlah sesuatu yang
sudah selesai, ia selalu dalam proses menjadi. Manusia adalah jembatan antara
binatang dan manusia agung. Ke mana pun ia menoleh, ia akan menatap ancaman dan
bahaya (h. 58-59).
Pikiran Nietzsche ini menunjukkan bahwa persoalan merupakan bagian yang
tidak terpisah dari kehidupan ini. Rasanya tidak ada seorang pun yang tidak
memiliki masalah. Karena hidup selalu berhadapan dengan kemungkinan bahaya dan
masalah, maka kita harus senantiasa siap menghadapinya. Dan di sinilah
substansi mencintai hidup ala Nietzsche.
Tulungagung, 26/11/2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.