Berubahlah
atau Mati!
Oleh
Ngainun
Naim
Perubahan adalah bagian
tidak terpisah dari kehidupan ini. Menghadapi
perubahan, pilihan terbaik adalah mewarnainya. Larut dalam perubahan akan
membuat kehilangan identitas diri. Sementara bertahan dan mengabaikan
perubahan, justru akan menjadikan diri kita ”makhluk aneh”.
Mewarnai perubahan bukan hal mudah. Realitas kehidupan sekarang ini justru
menunjukkan betapa banyak yang larut dalam perubahan. Gaya hidup, misalnya,
menjadi bukti konkrit betapa banyak orang yang ikut arus terhadap model-model
baru yang tidak selaras dengan budaya bangsa dan ajaran agama. Fashion juga
bisa dijadikan contoh lain untuk hal ini.
Salah satu aspek penting yang dapat menjadi modal untuk mewarnai perubahan
adalah pendidikan. Pendidikan memberikan modal besar—pengetahuan, sikap, dan
keterampilan—sehingga memungkinkan seseorang dapat menjadi manusia yang selalu
eksis menghadapi setiap perubahan. Bahkan, sangat mungkin ia mampu menjadi
pioner perubahan itu sendiri.
Pesan Direktur
Pada hari rabo, 28 Agustus 2013, Program Pascasarjana STAIN Tulungagung
melaksanakan yudisium. Yudisium diikuti oleh 78 calon wisudawan dari dua
program studi, yaitu Program Studi Pendidikan Islam dan Hukum Ekonomi Syariah.
Acara ini juga dihadiri oleh Pimpinan STAIN Tulungagung.
Secara umum, yudisium berlangsung lancar dan khidmah. Pada saat memberikan
sambutan, Direktur Program Pascasarjana, Dr. As’aril Muhajir, M.Ag menyampaikan
bahwa kuliah S-2 itu memang tidak ringan. Ada banyak hal yang harus
dipersiapkan, di antaranya biaya, tenaga, waktu, kesempatan, dan kemauan.
Banyak orang yang ingin meneruskan studi S-2, tetapi tidak semuanya mendapatkan
kesempatan.
Aspek yang menarik dari sambutan Direktur adalah tentang klasifikasi ilmu.
Menurut Dr. As’aril, ilmu itu bisa diklasifikasikan menjadi tiga jenis. Pertama, ilmu yang bisa memberikan
manfaat. Berkaitan dengan klasifikasi ini, Pak Aril—panggilan
akrabnya—menjelaskan bahwa bentuk kemanfaatan ilmu itu bisa dilihat pada dampak
belajar dan bertambahnya ilmu terhadap kehidupan secara luas. Setelah
menyelesaikan S-2, kiprahnya semakin jelas, wawasannya semakin baik, juga ada
dampak konkrit yang positif berupa perubahan diri. Karena itu, Dr. As’aril juga
mengajak para peserta yudisium untuk selalu belajar dan terus belajar. Belajar
tidak ada habisnya. Jika memang memiliki peluang dan kesempatan, beliau juga
menganjurkan agar melanjutkan studi lebih lanjut, yakni ke jenjang S-3.
Klasifikasi kedua, ilmu yang
tidak bermanfaat. Bertambahnya ilmu tidak menambah kebaikan tetapi justru
semakin mendorong melakukan hal-hal tidak baik. Bukannya menjadi lebih arif dan
bijaksana, selesainya S-2 justru menjadi kesempatan untuk melakukan berbagai
perilaku yang tidak terpuji. Karena itu, Direktur mengingatkan seluruh peserta
agar jangan sampai menjadi lulusan yang masuk dalam klasifikasi ini.
Klasifikasi ketiga adalah, lulus
S-2 tidak ada perubahan sama sekali. Ilmunya tidak memberikan manfaat sekaligus
juga tidak memberikan mudharat. Lulus S-2 tidak merubah sama sekali diri,
selain menambah daftar gelar lebih panjang. Tentu saja, klasifikasi semacam ini
juga tidak ideal.
Lebih lanjut Pak Direktur mengajak dan mendoakan seluruh lulusan agar mampu
menjadi manusia yang memiliki ilmu klasifikasi pertama. Manusia semacam ini
akan selalu menerangi kehidupan. Ia mampu memberikan pencerahan diri, keluarga,
masyarakat, dan siapapun yang berinteraksi dengan dirinya.
Spirit of Change
Setelah sambutan dari Direktur PPs STAIN Tulungagung, sambutan berikutnya
adalah sambutan pimpinan yang disampaikan oleh Wakil Ketua I, Prof. Dr. H. Imam
Fu’adi, M.Ag.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Fu’ad menyampaikan berbagai hal
berkaitan yudisium. Menurut Prof. Fu’ad, yudisium dan wisuda adalah puncak
studi. Perjuangan, stress, dan segenap jerih payah selama dua tahun menempuh
studi berakhir pada yudisium dan wisuda. Karena itu, tegas Prof. Fu’ad,
yudisium dan wisuda itu isinya bahagia. Tidak ada kesedihan. Bahagia karena
perjuangan panjang yang penuh perjuangan akhirnya tertunaikan sudah.
Profesor ahli sejarah tersebut kemudian menjelaskan bahwa tantangan yang
harus dihadapi oleh seluruh lulusan adalah tantangan perubahan. Perubahan
menjadi realitas yang harus disikapi secara bijak. Harus disiapkan berbagai
perangkat untuk melakukan transformasi dalam era ini. Secara tegas beliau
mengatakan bahwa pilihannya secara ekstrim hanya dua, ”Change or Die!”.
Beliau kemudian memaparkan berbagai data sejarah tentang bagaimana
perubahan pada individu, kelompok sosial, dan bahkan negara. Semunya mengalami
kemajuan karena kemampuan untuk melakukan perubahan, atau paling tidak,
mewarnai perubahan. Sementara mereka yang bertahan dan bahkan anti terhadap
perubahan, kebanyakan justru tergilas oleh perubahan.
Uraian panjang lebar Prof. Fu’ad tentang data-data sejarah berkaitan dengan
perubahan menegaskan akan arti penting menjadi manusia yang bermutu. Berkaitan
dengan inilah, pilihan memiliki ilmu yang bermanfaat, sebagaimana telah
dijelaskan Direktur PPs, juga diberikan penegasan ulang oleh Prof. Fu’ad.
Acara yang berlangsung khidmah ini berakhir pada pukul 11.30. Acara
kemudian diakhiri dengan salam-salaman dan foto bersama. Selamat kepada seluruh
peserta yudisium. Semoga ilmunya bermanfaat sebagaimana dijelaskan oleh
Direktur PPs. Amin.
Salam!
Tulungagung, 29 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.