Oleh Ngainun
Naim
Hujan
deras mengguyur bumi Tulungagung kemarin sore. Saya yang akan pulang tertahan
di kampus bersama beberapa kawan. Karena mempertimbangkan waktu shalat, saya
baru nekat pulang setelah masuk waktu magrib.
Hujan
yang sedemikian deras membuat saya berusaha keras membangun perspektif positif.
Menikmati perjalanan dalam siraman hujan yang sangat deras ternyata memberikan
sensasi tersendiri. Saya merasakan betapa anugerah Allah pada saya luar biasa.
Saya berusaha untuk mensyukuri apa yang telah saya dapatkan, tanpa perlu
mengeluh. Spirit tulisan-tulisan saya harus saya terapkan dalam kehidupan yang
sesungguhnya.
Saat
sampai di terminal, puluhan orang tertahan di pinggir toko-toko di selatan
terminal. Setelah memasukkan sepeda di penitipan langganan, saya melongok ke
luar. Belum ada bis yang siap mengantarkan ke Trenggalek. Saya perhatikan satu
demi satu orang-orang yang berjuang demi hidup dalam guyuran hujan sore itu.
Abang-abang becak yang tidak muda lagi berbasah kuyub menawarkan jasanya kepada
setiap penumpang yang turun dari bis. Tukang-tukang ojek menyapa setiap orang
untuk menawarkan jasanya. Para pedagang asongan, penjual makanan ringan, dan
puluhan manusia berkumpul dalam satu situasi yang kompleks.
Butuh
waktu sekitar satu jam sebelum saya mendapatkan bis sesuai harapan. Sebenarnya
telah ada dua bis yang berangkat, tetapi saya malas berebut dan berdesakan.
Saya justru menyempatkan diri untuk ’membaca’ tanda-tanda kebesaran Allah dalam
keremangan malam itu. Subhanallah, betapa saya selama ini kurang bersyukur.
Betapa kehidupan yang mekanis menjadikan saya kurang memiliki peluang untuk
melakukan refleksi. Dan malam kemarin, saya betul merasakan betapa hidup ini
harus selalu disyukuri.
Cara
pandang semacam ini saya peroleh dari bacaan yang selalu mengelilingi hidup
saya. Memang, saya ingin selalu membaca teks dan konteks. Dengan begitu, sketsa
hidup akan selalu kaya makna dan warna. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.