JEJAK HIDUP ANTON TABAH
Bagian Pertama
Oleh Ngainun Naim
Tulisan
ini merupakan kelanjutan tulisan saya sebelumnya yang berjudul Anton Tabah: Polisi-Penulis. Basis
tulisan ini adalah buku yang ditulis oleh Anton Tabah.
Ceritanya,
hari senin tanggal 26 November 2012 lalu aku ada keperluan di Universitas
Kadiri. Setelah urusan selesai, kusempatkan mampir ke Toko Buku Togamas,
Kediri. Seperti biasa, walaupun aku sesungguhnya bertekad mengurangi membeli
buku karena pertimbangan tempat yang semakin menggerus ruangan rumah mungilku,
tetapi entah mengapa setiap masuk toko buku, magnetnya terasa sangat kuat.
Walaupun tidak banyak, aku mendapatkan beberapa buku menarik di toko buku ini.
Salah satunya adalah buku yang ditulis oleh Jenderal Anton Tabah.
Buku
yang aku beli ini berjudul True Story,
Tuhan Selalu Hadir Dalam Hidupku (Anak Sengsara Bisa Mendampingi Presiden) terbitan
Sahabat Klaten edisi September 2012. Dalam sampul ada label Best Seller karena dalam sebulan sudah
naik cetak ulang dua kali.
Kupilih
buku ini karena menurutku mampu memberiku inspirasi hidup. Buku kisah kehidupan
para tokoh memang menjadi salah satu buku yang biasanya menarik hatiku. Dan
benar, aku menemukan banyak inspirasi dari buku Jenderal Anton Tabah ini.
Ada
beberapa hal penting yang aku temukan sebagai catatan atas riwayat hidup
Jenderal Anton Tabah. Pertama, kesungguhan
menjalani kehidupan. Buku ini mengisahkan secara panjang lebar bagaimana
perjuangan hidup seorang Anton Tabah. Ia berasal dari keluarga miskin.
Sebagaimana keluarga miskin lainnya, pendidikan adalah barang yang mewah.
Demikian juga yang dialami Anton Tabah. Ia harus berjuang keras dengan
melakukan berbagai jenis pekerjaan agar bisa mengenyam bangku pendidikan. Dan
itu dilakukannya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar hingga menyelesaikan
jenjang S-1. Tercatat dalam buku ini bagaimana ia ketika SD harus mencari kayu
bakar sepulang sekolah agar mendapatkan jatah makan siang; saat SMP ia harus
berjuang bangun setiap jam 3 malam untuk mencuci bis; saat kuliah ia melakoni
berbagai profesi demi selesainya pendidikan yang diidamkannya. Semua ia lakoni
dengan penuh kesungguhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.