Oleh: Ngainun Naim
Sebelas Pengurus
Komisariat PMII UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung bertandang ke rumah. Ini
merupakan bagian tidak terpisah dari agenda lebaran. Berkunjung dari satu rumah
ke rumah lain dalam kerangka silaturrahmi.
Berdasarkan
informasi, mereka sudah mengunjungi rumah beberapa senior. Tentu
agenda semacam ini penting dalam menjaga komunikasi dan ketersambungan antar
komunikasi.
Komunikasi merupakan
kunci penting dalam aneka hal. Kompetensi komunikasi merupakan bagian sangat
vital dalam dinamika sosial. Komunikasi tidak hanya penting dipelajari, namun yang
lebih penting lagi adalah dipraktikkan (Deddy Mulyana: 2015).
Tanpa kedatangan
mereka, sulit bagi para senior untuk mengetahui siapa saja kadernya. Juga tidak
tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dinamika mereka dalam
berorganisasi.
Satu hal
menggembirakan dari kegiatan PK PMII UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
selama bulan ramadan kemarin adalah mengaji kitab Arbain Nawawi yang dilanjutkan
dengan berbuka puasa. Ada beberapa senior yang menjadi pembaca kitab, yaitu
Prof. Dr. Akhyak, Prof. Dr. Sokip, Prof. Dr. Kojin, Prof. Dr. Agus Zaenul
Fitri, dan Dr. Abdullah Syafik. Kegiatan ini sangat bermanfaat, khususnya dalam
kerangka meningkatkan pengetahuan agama kader.
Dalam perbincangan
santai di rumah saya sampaikan agar agenda mengaji dilanjutkan. Tidak harus
setiap hari. Bisa seminggu sekali, yang penting istiqamah. Ini penting
sebagai ikhtiar merawat tradisi mengaji yang sesungguhnya menjadi identitas
PMII.
Mengaji kitab membuat
kita tahu dasar agama yang jelas. Tidak sekadar rasional karena agama tidak
semuanya bisa dipahami secara bebas. Perlu rujukan referensi yang mapan.
Saya juga menawarkan untuk membina sekelompok kader dalam kegiatan literasi, lebih khusus dalam menulis artikel jurnal. Saya ingin kader PMII ada yang menekuni dunia akademik secara serius. Dunia yang dalam realitas dan sejarahnya kurang banyak dimasuki oleh kader PMII. Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Hifni (2016), potensi akademik kader PMII sangat besar. Tentu disayangkan jika potensi besar ini tidak diberdayakan secara baik.
Hal ini sejalan
dengan tulisan M. Zainudin (2015) yang menjelaskan bahwa kader PMII itu tidak
bisa lepas dari pergumulan akademik-keilmuan. Ini nilai lebih yang harus
dipikirkan pertumbuhan dan perkembangannya. Jarang yang mau terjun ke wilayah
ini.
Pada titik inilah
saya ingin memberdayakan potensi akademik kader. Soal hasil, tentu tidak perlu
diperdebatkan. Ini juga baru akan mulai.
Tulungagung, 9 April 2025
Bacaan Pendukung
Ahmad Hifni, Menjadi Kader PMII (Jakarta:
Moderate Muslim Society, 2016).
M. Zainudin, dkk., Nalar Pergerakan (Malang:
Naila Pustaka, 2015).
Deddy Mulayan, Pengantar Ilmu
Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.