Kamis, 10 April 2025

Memberdayakan Potensi Akademik Kader

 Oleh: Ngainun Naim


 




Sebelas Pengurus Komisariat PMII UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung bertandang ke rumah. Ini merupakan bagian tidak terpisah dari agenda lebaran. Berkunjung dari satu rumah ke rumah lain dalam kerangka silaturrahmi.

Berdasarkan informasi, mereka sudah mengunjungi rumah beberapa senior. Tentu agenda semacam ini penting dalam menjaga komunikasi dan ketersambungan antar komunikasi.

Komunikasi merupakan kunci penting dalam aneka hal. Kompetensi komunikasi merupakan bagian sangat vital dalam dinamika sosial. Komunikasi tidak hanya penting dipelajari, namun yang lebih penting lagi adalah dipraktikkan (Deddy Mulyana: 2015).

Tanpa kedatangan mereka, sulit bagi para senior untuk mengetahui siapa saja kadernya. Juga tidak tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dinamika mereka dalam berorganisasi.

Satu hal menggembirakan dari kegiatan PK PMII UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung selama bulan ramadan kemarin adalah mengaji kitab Arbain Nawawi yang dilanjutkan dengan berbuka puasa. Ada beberapa senior yang menjadi pembaca kitab, yaitu Prof. Dr. Akhyak, Prof. Dr. Sokip, Prof. Dr. Kojin, Prof. Dr. Agus Zaenul Fitri, dan Dr. Abdullah Syafik. Kegiatan ini sangat bermanfaat, khususnya dalam kerangka meningkatkan pengetahuan agama kader.

Dalam perbincangan santai di rumah saya sampaikan agar agenda mengaji dilanjutkan. Tidak harus setiap hari. Bisa seminggu sekali, yang penting istiqamah. Ini penting sebagai ikhtiar merawat tradisi mengaji yang sesungguhnya menjadi identitas PMII.

Mengaji kitab membuat kita tahu dasar agama yang jelas. Tidak sekadar rasional karena agama tidak semuanya bisa dipahami secara bebas. Perlu rujukan referensi yang mapan.

Saya juga menawarkan untuk membina sekelompok kader dalam kegiatan literasi, lebih khusus dalam menulis artikel jurnal. Saya ingin kader PMII ada yang menekuni dunia akademik secara serius. Dunia yang dalam realitas dan sejarahnya kurang banyak dimasuki oleh kader PMII. Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Hifni (2016), potensi akademik kader PMII sangat besar. Tentu disayangkan jika potensi besar ini tidak diberdayakan secara baik.

Hal ini sejalan dengan tulisan M. Zainudin (2015) yang menjelaskan bahwa kader PMII itu tidak bisa lepas dari pergumulan akademik-keilmuan. Ini nilai lebih yang harus dipikirkan pertumbuhan dan perkembangannya. Jarang yang mau terjun ke wilayah ini.

Pada titik inilah saya ingin memberdayakan potensi akademik kader. Soal hasil, tentu tidak perlu diperdebatkan. Ini juga baru akan mulai.

 

Tulungagung, 9 April 2025


Bacaan Pendukung

Ahmad Hifni, Menjadi Kader PMII (Jakarta: Moderate Muslim Society, 2016).

M. Zainudin, dkk., Nalar Pergerakan (Malang: Naila Pustaka, 2015).

Deddy Mulayan, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.