Ngainun Naim
Perkuliahan semester ganjil IAIN Tulungagung sudah dimulai. Jadwal perkuliahan sudah dibagikan. Semester ini secara keseluruhan akan menerapkan metode daring. Pandemic covid-19 masih belum terkendali. Jadi selama satu semester ini kami tidak akan mengajar tatap muka dengan mahasiswa.
Beberapa hari sebelum perkuliahan dimulai ada pemberitahuan bahwa pembelajaran akan dilaksanakan dengan aplikasi e-learning yang dibangun khusus untuk IAIN Tulungagung. Tentu ini menggembirakan karena dosen akan menerapkan pembelajaran daring dari satu aplikasi yang cukup canggih. Tidak akan ada lagi pembelajaran dengan sistem yang bermacam-macam.
Keadaan memang mengharuskan untuk menggunakan sistem baru ini. Ini menjadi kebutuhan yang—cepat atau lambat—harus dipahami dan dikuasai oleh dosen dan mahasiswa. Mulai tanggal 5 September sampai tanggal 13 September saya belajar menggunakan aplikasi tersebut. Panduan yang ada di aplikasi saya cetak. Saya baca dan cermati satu demi satu. Beberapa kali saya caya coba namun belum berhasil.
Saya pun berburu tutorial. Tutorial yang dikeluarkan oleh PTIPD saya tonton. Tidak hanya sekali tetapi berkali-kali. Menurut saya, penjelasannya terlalu cepat. Bagi yang sudah menguasai teknologi, tentu mudah saja. Tapi saya sadar tampaknya memang saya ini bukan generasi yang bisa adaptasi cepat dengan teknologi. Saya berkali-kali mencoba menerapkannya tetapi hasilnya belum menggembirakan.
Saya pun beralih ke tutorial yang dikeluarkan FTIK. Ada 17 video. Sungguh rinci dan jelas. Semuanya saya tonton. Saya menonton dan mencoba praktik entah berapa kali. Pokoknya saya belum mau menyerah walaupun menghadapi berkali-kali kesulitan.
Persoalannya ketika “rumah” yang saya bangun sudah jadi ternyata mahasiswa mengalami kesulitan. Mereka beberapa kali konsultasi teknis via WA. Di sini saya harus tahu diri. Ini bukan wilayah saya. Wilayah saya pemikiran Islam dan literasi. Dan mahasiswa tidak butuh pemikiran tetapi butuh jawaban. Saya menjadi pusing ketika sekian mahasiswa bertanya ini itu terkait teknis aplikasi.
Seiring waktu perkuliahan sudah dimulai. Strategi pun diatur. Aplikasi e-learning belum mungkin saya terapkan. Maka grup WA saya optimalkan. Komunikasi dengan setiap kelas saya intensifkan. Dari hasil diskusi di grup WA, perkuliahan perdana dilakukan dengan aplikasi Google Meet. Alhamdulillah, berjalan lancar. Kami berencana menggunakan aplikasi ini beberapa kali. Perkuliahan selanjutnya dengan “terpaksa” memakai Google Classroom karena persoalan sebagaimana saya tulis di atas. Saya belum mampu sepenuhnya beradaptasi dengan teknologi. Saya harus belajar dan belajar.
Sejauh ini dua pertemuan telah berjalan lancar. Tugas oleh mahasiswa juga dikerjakan. Saya mewajibkan mahasiswa membuat blog dan mengisinya dengan topik perkuliahan atau hal-ikhwal perkuliahan. Biar mahasiswa tidak terbiasa plagiat. Biar mereka mau dan mampu menulis.
Apakah semua mahasiswa mampu menjalani perkuliahan secara maksimal? Daring atau luring selalu menyisakan ruang evaluasi. Tentu saja ada mahasiswa yang kurang maksimal mengikuti perkuliahan. Tapi ada banyak juga mahasiswa yang sangat serius. Mereka inilah yang Insyaallah nantinya akan menjadi orang sukses karena ketekunannya dalam belajar. Amin.
Tulungagung—Trenggalek, 14 September 2020
Semangat belajar teknologi baru pak. Semoga semua lancar
BalasHapusAmin. Siap.
HapusAmin Ya Rabbal Alamin.
BalasHapusSeiring dengan proses dan adaptasi teknologi baru.
Mudah"an senantiasa dilancarkan untuk seluruh kegiatan belajar-mengajarnya Bapak.
Platform WAG seiring menjadi opsi yang banyak dipilih oleh teman", karena dinilai lebih memungkinkan. Terutama untuk wilayah yg sedikit sulit menjangkau signal. Akan tetapi perlu untuk dikombinasikan dgn platform media lain, untuk saling melengkapi sisi yang masih menjadi kekurangan.
Amin.
HapusTekun itulah yg dibutuhkan saat ini pak
BalasHapusBetul Bu
HapusTeknologi terkadang memang membuat nahasiswa pusing, bahkan membuat para dosen belajar kembali. Semoga semuanya sukses, aamiin,
BalasHapusAmin. Terima kasih doanya Pak
HapusItulah kehebatan mahluq ciptaan Allah yang bernama manusia, tantangan dan kesulitan membuatnya semakin maju. Selamat mendidik kembali pak Dr.
BalasHapusSiap Pak
HapusLong life education
BalasHapusMasyaAllah. I feel you Pak. Berasa chalenging sekali nggeh. Disaat sudah menguasai E-learning. Tapi banyak siswa yg màh kesulitan dan Gruo WA jd solusi. Maka terbaik tetep orientasi ke murid. Sepaka sekali. Siswa tak butuh menguasai media tp lbh dr itu apa yg mau d dapat dr kita. Maka CARI CARA dengan berbagai cara adalah solusi paling realistis. Trimkasih pak. Insight sekali. Jazakallah khoir.
BalasHapusTerima kasih juga berkenan membaca catatan sederhana ini
HapusSaya sudah bikin 'rumah' di e-learning yang menurut saya sudah 'mening'. Mahasiswa juga sudah saya berikan petunjuk teknis tahapan per tahapan pada pagi hari sebelum kelas dimulai. Harapannya mereka bisa mempersiapkan diri. Ternyata dan ternyata ketika perkuliahan seharusnya dimulai sesuai jadwal, wa saya tidak berhenti berdenting. Mahasiswa salah masuk kelas tetangga, tidak bisa akses materi, tidak bisa mengerjakan tugas. Semua butuh proses dan semangat tanpa menyerah🤗
BalasHapusItulah di antara dinamikanya Bu
HapusYang paling nyaman itu yang paling efektif. :-)
BalasHapusBetul Mas
HapusApabila sudah tahu seperti ini, sedikit banyak saya pun juga harus belajar dan beradaptasi dengan aplikasi secamam itu. Terima kasih telah berbagi pengetahun, Prof. 🙏
BalasHapusTulisan sederhana namun ngena banget pak
BalasHapusTerima kasih
HapusMahasiswa yang serius insyaallah akan menjadi orang yang sukses, oleh karena itu diantara tugas dosen memberi motivasi agar mahasiswa berjuang dengan serius
BalasHapusTerima kasih Pak KS
Hapus