Ngainun Naim
Setiap hari kita membelanjakan umur dan energi untuk tetap bertahan hidup. Buatlah neraca harian, kemudian tentukan profit mengenai perbuatan baik apa yang kita depositokan setiap harinya”
Kutipan di atas saya ambil dari sebuah buku karya cendekiawan Muslim Indonesia, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Buku dengan judul Ungkapan Hikmah: Membuka Mata, Menangkap Makna (Jakarta: Noura Books, 2013) merupakan buku unik. Saya kira buku ini cocok untuk memperkaya jiwa. Isinya sangat bagus dan sarat dengan ajakan kebajikan.
Setiap bagian diawali dengan satu paragraf kutipan—sebagaimana di atas—yang awalnya adalah twit beliau. Di bawahnya diberi penjelasan tiga sampai lima paragraph. Model buku ringan semacam ini cocok dibaca di sela-sela kesibukan yang padat. Tidak harus mengernyitkan dahi karena bukan buku ilmiah yang padat referensi. Meskipun saat waktu luang buku ini juga tetap menarik ditelusuri deretan kalimat demi kalimatnya.
Kutipan awal catatan di atas cocok sebagai dasar untuk melakukan evaluasi diri. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui apa saja yang perlu dipertahankan, apa saja yang harus ditingkatkan, dan apa saja yang harus ditinggalkan. Lewat evaluasi diharapkan kehidupan semakin hari semakin baik.
Tidak ada manusia yang sempurna. Kesalahan merupakan hal yang selalu lekat dengan aktivitas sehari-hari sebagai manusia. Tidak seorang pun manusia yang lepas dari kesalahan, kecuali Nabi yang memang memiliki sifat ma’sum.
Pengetahuan dan kesadaran tentang aspek ini penting artinya agar kita selalu berusaha berbuat baik. Perbuatan baik ternyata tidak selalu mudah untuk dilakukan. Godaan untuk meninggalkannya jauh lebih besar. Mungkin saja kita sudah memiliki niat yang kuat untuk melaksanakan sebuah ibadah, tetapi tidak selalu berhasil memulainya.
Saya ambil contoh niat untuk melaksanakan shalat tahajud. Malam hari sebelum tidur kita sudah membangun niat yang kuat bahwa pagi sebelum subuh akan bangun untuk shalat tahajud. Handphone sudah disiapkan dengan setelan waktu sebagaimana niat kita. Dan benar saja, handphone menyala pada jam sebagaimana yang kita maksudkan. Kita pun bergerak. Bukan untuk bangun tetapi untuk mematikan handphone.
Mereka yang mengalami kasus semacam ini tidak hanya satu atau dua orang tetapi banyak orang. Niat baik sudah ditata tetapi untuk memulainya benar-benar tidak mudah. Selalu saja ada godaan untuk tidak mengerjakannya.
Saat seperti inilah penting untuk membangun kesadaran tentang neraca amal sebagaimana disarankan oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Apakah amal baik yang sudah kita lakukan selama sehari semalam? Berapa amal tidak baik yang sudah kita lakukan? Usaha apa yang sudah kita lakukan untuk menjadi manusia yang lebih baik?
Pertanyaan demi pertanyaan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan diri. Muara dari semua perbuatan ini adalah persiapan menghadapi kematian. Dalam kaitan ini menarik merenungkan Kembali tulisan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,
Setiap saat kita mempertahankan umur kita. Seakan kematian tidak akan datang menjelang. Padahal, kehidupan adalah sebagian kecil dari kematian. Kehidupan hanyalah merupakan kematian yang tertunda. Tertunda oleh tubuh, juga tertunda oleh konsep dunia yang mengenal ruang dan waktu.
Jika memang kehidupan hanya sekadar bagian kecil dari kematian, harusnya kita memanfaatkankan peluang kita selama melakoni hidup. Peluang untuk dapat menjalani hidup dalam kehidupan ini dapat disebut sebagai umur. Umur inilah yang secara bisnis seharusnya bernilai profit. Neraca harian yang harus kita buat adalah bagaimana kita memanfaatkan umur kita dengan baik.
Umur, neraca harian, profit. Tiga kata kunci ini saya kira penting artinya. Mengacu kepada tiga kata kunci ini, kita berharap menjadi manusia yang semakin hari semakin baik. Kita sadari bahwa umur kita terbatas. Kematian hanya soal waktu. Semua pasti akan meninggalkan dunia ini. Karena itulah kita harus selalu mengacu kepada neraca amal kita. Jika sudah baik, mari kita tingkatkan. Jika belum, bagaimana berusaha menjadi baik. Dari situlah kita mendapatkan profit hidup.
Saat menulis catatan ini, saya sedang berduka. Kolega dari Universitas Syiah Kuala Aceh baru saja berpulang. Sungguh sebuah berita yang sangat mengejutkan. Tanggal 6 Agustus lalu kami sama-sama hadir di Rapat Koordinasi KKN Revolusi Mental via aplikasi Zoom. Saat itu saya lihat beliau segar bugar. Setelah acara saya membuat catatan yang saya unggah di blog lalu saya bagi di grup. Beliau berkomentar, “Selalu berkarya Pak Naim”. Saya pun mengucapkan terima kasih.
Kematian memang tidak terduga. Seingat saya kami bertemu tiga kali. Sebuah pertemuan singkat namun menorehkan ingatan yang tak terlupakan. Persahabatan yang sangat bermakna. Semoga beliau diterima di sisi Allah dan dosanya diampuni.
Kematian adalah pembelajaran. Kita semua pasti akan mengalaminya. Adanya kematian semestinya—buat saya—menjadikan saya menjadi manusia yang semakin baik dari waktu ke waktu. Neraca amal saya harus saya isi dengan kebajikan. Semoga bisa terlaksana.
Trenggalek, 12 Agustus 2020
Tulisan Prof. Naim ini mengingatkan pada kematian untuk pelajaran bagi saya.
BalasHapusSaling mengingatkan Mas
HapusNasihat yang sangat bermanfaat. Hikmahnya, banyak menyadarkan kelalaian kita.
BalasHapusTerima kasih Mas
HapusBikin mbrebes dan galau kalau inget banyaknys dosa yang telah diperbuat
BalasHapusMari saling mengingatkan dan meningkatkan kualitas hidup kita
HapusThanks atas nasehatnya, pak. Selalu ingat mati dalam setiap keadaan agar neraca amal bertambah dengan kebaikan
BalasHapusSama-sama Bu
Hapusasihat yg baik. Mengingatkan untuk kita selalu mengevaluasi diri👍
BalasHapusTerima kasih Pak Doktor Hamzah
HapusTerima kasih Pak Dosen, barokallah sehat selalu nggih
BalasHapusAmin ya Allah
HapusSelalu penuh dengan spirit dan menginspirasi
BalasHapusMatur nuwun Pak Naim
Sami2 Bu Kanjeng
Hapus"Hitunglah diri kalian sebelum kalaian dihitung", dawuh ipun Umar ibn Al Khattab. Semoga bisa melakukan nya....
BalasHapusMuhasabah diri. Catatan yang menginspirasi dan menyentuh hati Prof. Terimakasih.
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusManusia yg cerdas adalah manusia yg selalu mengingat kematian 😢
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusSmg kita sll ingat neraca amal kebaikan
BalasHapusAmin
HapusNasihat yg sangat bermakna...
BalasHapusUsai membaca mata berkaca - kaca, hati tersentuh
Terima kasih berkenan membaca
HapusSiap membaca, tulisan menginspirasi
BalasHapusTerima kasih Pak Doktor
Hapus