Senin, 03 Agustus 2015

HP Hilang



Oleh Ngainun Naim
Seorang teman kantor pada tanggal 13 Juli 2015 lalu bercerita bahwa HP-nya hilang. HP yang dimilikinya cukup mahal. Saya tanya berapa harganya, ia tidak menjawab secara terus terang. ”Ya hampir setara gaji ke-13 lah,” katanya.
HP tersebut hilang dalam perjalanan dari Bandara Juanda menuju Terminal Bus Bungurasih Sidoarjo. Ia baru menyadari hilangnya saat sampai di terminal. Tentang posisi yang tepat di mana hilangnya, ia tidak mengetahui. ”Namanya juga hilang. Kalau tahu di mana letaknya, tentu tidak hilang,” jawabnya.
Setahu saya, ini merupakan kehilangan kedua dari HP yang ia miliki. Beberapa tahun lalu ia kehilangan HP saat hadir di acara shalawat yang menghadirkan Habib Syekh dari Solo. Sebagaimana umumnya, acara shalawatan tersebut dihadiri ribuan jamaah. Dalam keriuhan ternyata ada yang memanfaatkan suasana. Seseorang mengambil HP Blackberry milik teman tersebut.
Cerita kehilangan HP dialami oleh beberapa teman, termasuk saya sendiri. Saat HP hilang, tentu ada emosi dan kemarahan. Aspek yang paling berat adalah data. Ratusan kontak hilang dalam sekejap. Dan kerja mencari kontak yang hilang itu tidak mudah.
Salah satu cara untuk antisipasi kejadian buruk adalah menyalin nomor-nomor yang ada di buku catatan atau di komputer. Jika sewaktu-waktu ada kejadian tidak diharapkan, data kontak masih tersedia.
Menyalin nama dan nomor kontak memang menjemukan. Padahal jumlahnya bisa ratusan. Inilah yang kemudian menjadikan kita tidak punya data saat HP hilang atau rusak. Jika kita ingat kerugian semacam itu maka kerja menjemukan menyalin kontak akan tetap dilakukan.
Ada juga cara yang lebih canggih, yaitu menyimpan di data jaringan internet. Misalnya di yahoo atau gmail. Tentu ini buat mereka yang HP-nya canggih dan terhubung ke internet. Mereka yang HP-nya jadul tentu tidak bisa melakukannya.
Tahun 2007 saya ada tugas ke Jakarta. Setelah acara selesai saya meluncur ke Tangerang, tepatnya di Kronjo. Adik laki-laki saya yang bertempat tinggal di sana mendapatkan anugerah, yaitu memiliki anak.
Dari lokasi acara di Tebet saya naik bus kota menuju Kalideres. Sebagai orang kampung, beberapa kali saya keliru bus, tapi syukur akhirnya ketemu bus yang saya cari. Di bus     inilah saya mengalami peristiwa yang tidak akan saya lupakan. Saat itu HP saya terjatuh di tempat duduk. Orang yang duduk di samping saya dengan baik hati memberitahukannya. Seandainya pun dia ambil saya juga tidak tahu. Ternyata orang baik ada di mana-mana, termasuk di Jakarta.
HP saya justru hilang tidak di Jakarta, tetapi di Ponorogo. Saat itu, tahun 2008, saya akan berangkat kuliah ke Yogyakarta. Istri mengingatkan saya agar tidak menaruh HP di saku baju karena mudah diambil orang, terutama saat terlelap. Rupanya ia hafal jika suaminya begitu mudah tidur, khususnya di bus. Saya pun mengikuti sarannya.
Bus Trenggalek Ponorogo ukurannya kecil. Tapi hari minggu di tahun 2008 saat saya berangkat ke Yogyakarta betul-betul penuh sesak. Penumpang penuh sesak bak ’ikan pindang’ sejak dari Trenggalek sampai Ponorogo. HP, sesuai saran istri, saya masukkan saku celana.
Saya tidak tahu bagaimana ceritanya tetapi begitu sampai di terminal Ponorogo HP jadul saya hilang. Saya kira tertinggal di bus, tetapi setelah saya cari hasilnya nihil. Saya nyaris yakin hilangnya di bus saat penumpang penuh sesak.
Kehilangan HP berikutnya terjadi tahun 2010. Kali ini tidak main-main karena langsung 2 buah. Saat itu saya sedang berada di Yogya. Sedih, itu pasti. Memang, dalam kondisi semacam itu pilihan terbaiknya adalah pasrah dan mendoakan si pencuri semoga mendapatkan hidayah Allah.

5 komentar:

  1. Saya pun pernah kehilangan hp juga, dan memang yg paling sulit itu nyari data2 nya yg ada di hpnya. Tapi skrg udah ada internet, jadi mudah karena tiap data yg diinput di hp bakal sinkron ke akun gmail. Hehe
    Mampir balik boleh mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas. HP yang tersambung internet memang lebih memungkinkan menyimpan data. Ok mas, saya mampir balik.

      Hapus
  2. bukan harga hape yang mahal tapi datanya itu yang penting... data hilang tambah nyesek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Mas Irwin. Terima kasih banyak ya atas kunjungannya.

      Hapus
    2. Harga juga penting, tetapi data tidak kalah penting. Terima kasih sudah mampir. Salam.

      Hapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.