Oleh Ngainun Naim
Ada sebuah kutipan menarik
dari buku The Liang Gie yang berjudul Kemajuan Masyarakat (Yogyakarta,
Pubib: 1999). Pada bab 4 halaman 17 ditulis sebuah filsafat kebahagiaan hidup
yang berbunyi begini:
Suatu
kehidupan yang luhur ialah membuat diri kita dan orang lain bahagia,
Bersamaan dengan itu tidak merugikan siapa pun termasuk diri kita sendiri
Dan selanjutnya berikhtiar sebaik-baiknya untuk membantu masyarakat kita,
Sehingga masyarakat tidak hanya terselamatkan dari kehancuran,
Melainkan juga menjadi suatu masyarakat yang senantiasa bertambah indah dan penuh kasih sayang.
Bersamaan dengan itu tidak merugikan siapa pun termasuk diri kita sendiri
Dan selanjutnya berikhtiar sebaik-baiknya untuk membantu masyarakat kita,
Sehingga masyarakat tidak hanya terselamatkan dari kehancuran,
Melainkan juga menjadi suatu masyarakat yang senantiasa bertambah indah dan penuh kasih sayang.
Apa komentar Anda terhadap
filsafat kebahagiaan hidup tersebut?
Kutipan dari buku The Liang
Gie tersebut mengingatkan saya pada sebuah perbincangan. Perbincangan biasa di
pagi berkabut dalam perjalanan menuju kantor beberapa waktu lalu. Sebuah
perbincangan yang mengingatkan saya untuk mencari rezeki halal, menjalani hidup
dalam sinaran ajaran agama, dan berusaha selalu ingat Allah.
Perbincangan pagi itu sungguh
menohokku. Rasanya saya masih jauh dari idealitas. Aku masih harus berbenah dan
terus memperbaiki diri.
Pagi itu tanpa sengaja saya bertemu
seorang senior yang alim. Saya menyapanya dengan panggilan Kiai. Sesungguhnya saya
banyak belajar dari beliau, termasuk tentang kehidupan ini. Karena itulah pada
pagi berkabut itu saya mendapatkan secercah hikmah.
Tulungagung, 24 April
2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.