Rabu, 20 Agustus 2014

Eye Opening



Oleh Ngainun Naim

Pengetahuan itu bisa diperoleh dari mana saja. Bisa dari buku, seminar, koran, facebook, ceramah, kehidupan sehari-hari, dan dari berbagai sumber lainnya. Kunci pentingnya adalah kemauan kita untuk menyerap pelajaran-pelajaran yang ada. Bisa jadi yang kita temukan adalah hal biasa yang tidak menarik bagi kebanyakan orang, tetapi karena kita membuka diri untuk mengambil hikmah maka hal biasa tersebut menjadi sarat makna. Persoalan biasa akan menjadi pengetahuan yang bermakna manakala diserap dan ditempatkan secara tepat.
Prinsip membuka diri ini yang saya usahakan untuk saya lakukan. Memang tidak selalu. Bahkan lebih sering tidaknya. Tetapi paling tidak saya telah berusaha untuk menyerapnya, merekamnya, menulisnya, lalu membagikan melalui berbagai media. Melalui cara semacam ini saya berharap mendapatkan hikmah dan keberkahan hidup.
Selasa sore tanggal 19 Agustus 2014 saya mendapatkan pengetahuan baru tentang tulisan ilmiah yang baik. Pengetahuan ini saya peroleh dari Prof. Fauzan Saleh, Ph.D. Beliau adalah guru besar dan Direktur Pascasarjana STAIN Kediri.
Tulisan ilmiah itu menurut saya rumit dan sulit. Jika boleh memilih, saya sesungguhnya lebih menyukai model tulisan yang isinya ringan, sederhana, berbasis pengalaman, dan tidak disibukkan dengan kutipan pada hampir setiap paragrafnya. Tetapi saya juga sadar bahwa tugas saya sebagai seorang pengajar mengharuskan saya membuat tulisan ilmiah. Persoalannya bukan pada soal memilih lagi tetapi pada bagaimana mampu membuatnya. Jadi, tulisan ilmiah pun tetap menarik walaupun membuatnya membutuhkan energi yang jauh lebih besar.
Pada sebuah acara yang diadakan oleh STAIN Kediri, beliau banyak membahas tentang tulisan ilmiah. Paparan beliau runtut dan menarik. Saya pun segera mencatat poin-poin penting yang beliau sampaikan. Ini merupakan kesempatan langka. Sangat jarang bisa bertemu ilmuwan besar seperti beliau.
Menurut Prof. Fauzan, tulisan ilmiah yang baik itu memiliki empat kriteria. Pertama, well writen. Tulisan yang baik itu ditulis dengan memperhatikan kaidah berbahasa yang baik. Selain itu, juga mudah dipahami. Tidak jarang kita menemukan tulisan ilmiah yang rumit dan sulit dipahami.
Menulis yang baik, menurut saya, ditentukan oleh banyak faktor. Rasanya agak sulit menghasilkan sebuah tulisan yang baik jika tidak pernah atau jarang berlatih menulis. Kunci penting yang harus dilakukan memang sesering mungkin praktik menulis. Semakin sering dilakukan maka tulisan akan tertata secara lebih baik.
Saya memiliki banyak pengalaman berkaitan dengan tulisan ini. Saat mengajar, saya biasanya memberikan tugas menulis makalah, baik secara individu atau kelompok. Tulisan mahasiswa memberikan gambaran tentang bagaimana kualitas tulisan mereka. Ada mahasiswa yang sangat aktif saat berbicara di kelas tetapi tulisannya amburadul. Ada juga yang anaknya pendiam tetapi tulisannya lumayan. Pokoknya kualitas tulisan mereka sangat beranekaragam. Pada titik inilah saya menemuka relevansi dan penjelasan yang tepat tentang well writen sebagaimana dipaparkan oleh Prof. Fauzan Saleh.
Kedua, well research. Tulisan ilmiah yang baik idealnya berbasis pada penelitian yang baik pula. Riset yang baik tentu dilakukan secara serius. Rasanya mustahil menghasilkan riset yang bermutu jika dilakukan secara asal-asalan. Tetapi riset yang baik tidak bisa berhenti hanya pada riset semata. Ada riset serius yang kemudian menjadi kehilangan atau berkurang kualitasnya karena laporan penelitiannya kurang baik. Sebaliknya, ada juga tulisan berupa laporan yang baik tetapi karena penelitiannya tidak serius menjadi berkurang mutunya.
Penelitian itu pekerjaan yang tidak mudah. Saya kira semua orang yang berkecimpung dalam dunia keilmuan menyadari terhadap hal ini. Seorang peneliti harus menguasai teori dan mampu menerapkannya secara baik. Keseimbangan keduanya akan menghasilkan penelitian yang baik pula.
Ketiga, well organize. Organisasi tulisan ilmiah itu lebih ketat dibandingkan jenis tulisan yang lainnya. Aturan ini harus ditaati. Salah penempatan bisa berakibat sebuah tulisan menjadi kacau.
Sebuah tulisan ilmiah seperti skripsi, tesis, dan disertasi merupakan satu kesatuan. Setiap bagian tidak boleh terpisah. Organisasi yang rapi dan sesuai dengan tata aturan pada setiap bagiannya menjadi salah satu indikasi tulisan ilmiah yang baik.
Keempat, eye opening. Tulisan ilmiah yang baik itu memberikan pengetahuan baru yang mencerahkan. Eye opening itu dalam makna membuka mata terhadap munculnya sesuatu yang tidak sekadar mengulang.
Memang tidak mudah untuk memenuhi keempat kriteria tersebut. Mereka yang terlatih menulis ilmiah pun tidak jarang menghadapi kesulitan. Untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik memang harus dilakukan perjuangan yang tidak ringan. Perjuangan yang tidak ringan saat menulis akan menghasilkan kepuasan manakala tulisan yang dibuat selesai. Salam.

Trenggalek—Tulungagung, 20 Agustus 2014
http://www.ngainun-naim.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.