Oleh Ngainun Naim
Pengetahuan itu bisa diperoleh dari mana saja. Bisa dari
buku, seminar, koran, facebook, ceramah, kehidupan sehari-hari, dan dari berbagai
sumber lainnya. Kunci pentingnya adalah kemauan kita untuk menyerap
pelajaran-pelajaran yang ada. Bisa jadi yang kita temukan adalah hal biasa yang
tidak menarik bagi kebanyakan orang, tetapi karena kita membuka diri untuk
mengambil hikmah maka hal biasa tersebut menjadi sarat makna. Persoalan biasa
akan menjadi pengetahuan yang bermakna manakala diserap dan ditempatkan secara
tepat.
Prinsip membuka diri ini yang saya usahakan untuk saya
lakukan. Memang tidak selalu. Bahkan lebih sering tidaknya. Tetapi paling tidak
saya telah berusaha untuk menyerapnya, merekamnya, menulisnya, lalu membagikan
melalui berbagai media. Melalui cara semacam ini saya berharap mendapatkan
hikmah dan keberkahan hidup.
Selasa sore tanggal 19 Agustus 2014 saya mendapatkan
pengetahuan baru tentang tulisan ilmiah
yang baik. Pengetahuan ini saya peroleh dari Prof. Fauzan Saleh, Ph.D.
Beliau adalah guru besar dan Direktur Pascasarjana STAIN Kediri.
Tulisan ilmiah itu menurut saya rumit dan sulit. Jika boleh
memilih, saya sesungguhnya lebih menyukai model tulisan yang isinya ringan,
sederhana, berbasis pengalaman, dan tidak disibukkan dengan kutipan pada hampir
setiap paragrafnya. Tetapi saya juga sadar bahwa tugas saya sebagai seorang
pengajar mengharuskan saya membuat tulisan ilmiah. Persoalannya bukan pada soal
memilih lagi tetapi pada bagaimana mampu membuatnya. Jadi, tulisan ilmiah pun
tetap menarik walaupun membuatnya membutuhkan energi yang jauh lebih besar.
Pada sebuah acara yang diadakan oleh STAIN Kediri, beliau
banyak membahas tentang tulisan ilmiah. Paparan beliau runtut dan menarik. Saya
pun segera mencatat poin-poin penting yang beliau sampaikan. Ini merupakan
kesempatan langka. Sangat jarang bisa bertemu ilmuwan besar seperti beliau.
Menurut Prof. Fauzan, tulisan ilmiah yang baik itu
memiliki empat kriteria. Pertama, well
writen. Tulisan yang
baik itu ditulis dengan memperhatikan kaidah berbahasa yang baik. Selain
itu, juga mudah dipahami. Tidak jarang kita menemukan tulisan ilmiah yang rumit
dan sulit dipahami.
Menulis yang baik, menurut saya, ditentukan oleh banyak
faktor. Rasanya agak sulit menghasilkan sebuah tulisan yang baik jika tidak
pernah atau jarang berlatih menulis. Kunci penting yang harus dilakukan memang
sesering mungkin praktik menulis. Semakin sering dilakukan maka tulisan akan
tertata secara lebih baik.
Saya memiliki banyak pengalaman berkaitan dengan tulisan
ini. Saat mengajar, saya biasanya memberikan tugas menulis makalah, baik secara
individu atau kelompok. Tulisan mahasiswa memberikan gambaran tentang bagaimana
kualitas tulisan mereka. Ada mahasiswa yang sangat aktif saat berbicara di
kelas tetapi tulisannya amburadul. Ada juga yang anaknya pendiam tetapi
tulisannya lumayan. Pokoknya kualitas tulisan mereka sangat beranekaragam. Pada
titik inilah saya menemuka relevansi dan penjelasan yang tepat tentang well writen sebagaimana dipaparkan oleh
Prof. Fauzan Saleh.
Kedua, well research. Tulisan ilmiah yang baik idealnya
berbasis pada penelitian yang baik pula. Riset yang baik tentu dilakukan secara
serius. Rasanya mustahil menghasilkan riset yang bermutu jika dilakukan secara
asal-asalan. Tetapi riset yang baik tidak bisa berhenti hanya pada
riset semata. Ada riset serius yang kemudian menjadi kehilangan atau berkurang kualitasnya
karena laporan penelitiannya kurang baik. Sebaliknya, ada juga tulisan berupa
laporan yang baik tetapi karena penelitiannya tidak serius menjadi berkurang
mutunya.
Penelitian itu pekerjaan yang tidak mudah. Saya kira
semua orang yang berkecimpung dalam dunia keilmuan menyadari terhadap hal ini. Seorang
peneliti harus menguasai teori dan mampu menerapkannya secara baik.
Keseimbangan keduanya akan menghasilkan penelitian yang baik pula.
Ketiga, well
organize. Organisasi tulisan ilmiah itu lebih ketat dibandingkan jenis
tulisan yang lainnya. Aturan ini harus ditaati. Salah penempatan bisa berakibat
sebuah tulisan menjadi kacau.
Sebuah tulisan ilmiah seperti skripsi, tesis, dan
disertasi merupakan satu kesatuan. Setiap bagian tidak boleh terpisah. Organisasi
yang rapi dan sesuai dengan tata aturan pada setiap bagiannya menjadi salah
satu indikasi tulisan ilmiah yang baik.
Keempat, eye
opening. Tulisan ilmiah yang baik itu memberikan pengetahuan baru yang
mencerahkan. Eye opening itu dalam
makna membuka mata terhadap munculnya sesuatu yang tidak sekadar mengulang.
Memang tidak mudah untuk memenuhi keempat kriteria
tersebut. Mereka yang terlatih menulis ilmiah pun tidak jarang menghadapi
kesulitan. Untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik memang harus dilakukan
perjuangan yang tidak ringan. Perjuangan yang tidak ringan saat menulis akan
menghasilkan kepuasan manakala tulisan yang dibuat selesai. Salam.
Trenggalek—Tulungagung, 20 Agustus 2014
http://www.ngainun-naim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.