Kamis, 30 Januari 2014

Dialog dengan Masa Lalu



Oleh Ngainun Naim

Kemarin saya meng-up load dua foto buku memori saat kuliah S-1. Buku tersebut secara tidak sengaja saya temukan ditumpukan berkas yang saya rapikan hari minggu lalu. Saya lihat data teman-teman saat itu. Datanya masih lengkap, hanya memang foto yang ditampilkan tidak ada yang asli satupun. Semuanya diambilkan dari foto artis atau pesohor lainnya.
Kelihatan lucu sekali. Misalnya, teman sekelas yang menekuni dunia dakwah, Muhammad Shodiq—kini mubaligh laris dan juga dosen UIN Sunan Ampel Surabaya—ternyata  foto yang ditampilkan adalah fotonya K.H. Zainudin MZ. Wiwin Aida Istanti yang pakai kacamata dan mirip Mbak Tutut, foto yang ditampilkan adalah fotonya Mbak Tutut. Tetapi ada juga yang kurang pas yaitu fotonya Muthi’ Jailani. Saya tidak tahu itu fotonya siapa. Tetapi kayaknya artis dari luar negeri yang rambutnya gondrong, mirip rambut Muthi’ kala kuliah waktu itu.
Foto yang aku tampilkan di FB dan kemudian mendapatkan tanggapan teman-teman. Cukup ramai dan banyak guyonan. Rasanya seperti berbicara secara langsung. Semuanya seolah baru terjadi kemarin. Padahal, itu dua puluh tahun yang lalu. Semuanya sekarang sudah berubah. Kini semuanya (?) sudah memiliki keluarga dan hidup di berbagai wilayah. Memang hanya sebagian kecil dari teman-teman yang aktif di FB. Tetapi dari mereka yang aktif sudah memberikan banyak hal penting dalam ingatan. 
Mengumpulkan mereka semua dalam sebuah reuni itu mustahil. Apa tidak berlebihan? Saya rasa tidak. Saya yakin pasti selalu ada yang tidak bisa datang karena satu dan lain hal. Reuni itu penting untuk menjalin tali silaturrahim dan membangun ingatan bersama. Tetapi memang tidak mudah untuk melaksanakannya.
Saya teringat bagaimana beratnya menjalani kuliah saat itu. Persoalannya bukan pada penguasaan materi pelajaran, tetapi pada persoalan finansial. Saya harus berjuang keras menyelesaikan kuliah di jenjang S-1. Saya kira hanya karena takdir Allah saja saya bisa meraih gelar sarjana.
Jika sekarang mengingat pengalaman saat itu, saya tiba-tiba teringat ucapan sastrawan Milan Kundeera, ”Ingatan dan kenangan adalah hal terindah yang dimiliki manusia”. Saya kira Kundeera benar. Tanpa memiliki anugerah ingatan dan kenangan, apalah arti perjalanan hidup ini?
Trenggalek, 22 Januari 2013
Ngainun Naim
@naimmas22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.