Minggu, 06 Oktober 2013

Menggali Potensi Diri yang Tersembunyi



Menggali Potensi Diri yang Tersembunyi
Oleh Ngainun Naim

Banyak mahasiswa yang sesungguhnya memiliki potensi besar, tetapi karena berbagai faktor maka potensi yang dimilikinya tidak tumbuh dan berkembang. Bahkan sangat mungkin potensinya menjadi mati. Pada kondisi yang semacam ini, dosen (dan juga guru) seharusnya mampu mengidentifikasi potensi yang dimiliki anak didiknya, menggalinya, dan juga memberdayakannya.
Upaya mengidentifikasi dan menggali potensi anak didik ini penting untuk dipahami oleh dosen. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit dosen yang tidak memahami hal ini. Mereka hanya menjalankan pembelajaran sebagaimana rutinitas.
Karena itu, workshop bagi dosen untuk menyegarkan kembali wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan pembelajaran memiliki arti yang penting. Setidaknya itu yang saya rasakan. Dalam ”Workshop Pembelajaran Inklusif Gender Bagi Guru dan Dosen” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Gender (PSG) IAIN Tulungagung pada 4-6 Oktober 2013 di Hotel Istana Tulungagung, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru yang bermanfaat. Saya menemukan hal-hal yang selama ini terabaikan dalam tugas saya sebagai seorang pendidik. Fasilitator acara, Dr. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag., yang merupakan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mampu memberikan stimulus yang sangat bermakna (setidaknya buat saya) untuk menyadari dan merefleksikan proses pembelajaran yang selama ini saya lakukan.
Saya mencatat beberapa hal yang selama ini perlu untuk terus diperbaiki. Pertama, mendorong setiap mahasiswa untuk bertanya membutuhkan strategi yang tepat. Kadang dosen kurang memerhatikan hal semacam ini. Aspek yang biasanya menjadi titik perhatiannya adalah bagaimana pembelajaran berlangsung secara baik dan apa yang ada dalam SAP telah dilaksanakan. Padahal, memberdayakan para mahasiswa untuk mau dan berani bertanya sesungguhnya juga merupakan proses penting dalam perkuliahan. ”Mengkonstruksi untuk mau dan berani bertanya itu juga bukan hal mudah bagi mereka yang belum terlatih”, kata Dr. Waryono.
Kedua, konsep itu memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan. Konsep pembelajaran yang dimiliki dosen akan memengaruhi perkuliahan. Demikian juga dengan konsep yang dimiliki mahasiswa. Karena itu, perlu dibangun konsep yang bernilai positif sehingga memiliki pengaruh positif bagi perkuliahan secara keseluruhan. Misalnya, dosen idealnya memosisikan dan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh kelas tanpa membedakan satu sama lain.
Ketiga, menerima mereka yang berbeda dan memberikan kesempatan yang sama. Kelas inklusif adalah kelas yang tidak melakukan diskriminasi. Akses dan kesempatan harus diberikan secara sama kepada seluruh kelas. Mereka yang memiliki kekurangan harus dibantu, bukan justru ditinggalkan. ”Mereka harus kita bantu, berdayakan, dan ajak bersama untuk maju”, tegas Dr. Waryono.
Keempat, membangun empati mahasiswa. Salah satu kelemahan perkuliahan adalah relasi yang kurang erat antara dosen dengan mahasiswa. Padahal, relasi yang erat sangat penting sekali. Dr. Waryono sangat menganjurkan kepada seluruh peserta untuk kenal dan hafal dengan nama-nama mahasiswanya. Hal ini penting untuk semakin mengefektifkan proses pembelajaran.
Kelima, pelajaran apapun seyogyanya diberi contoh yang kontekstual dan mencerahkan. Jangan sampai contohnya tidak sesuai dengan realitas, apalagi contoh yang justru menyesatkan. Contoh yang baik akan memberikan pengaruh positif pada pemahaman dan juga perubahan sikap peserta didik.
Keenam, dosen harus memiliki wawasan luas. Menguasai bidang keahliannya secara mendalam itu sangat penting, tetapi jangan juga menutup diri dari pengetahuan yang lain. Perlu juga pengetahuan lain yang memiliki keterkaitan dengan ilmu yang kita kuasai. ”Ini namanya integrasi-interkoneksi”, kata Dr. Waryono.
Ada banyak hal lain yang saya peroleh dari workshop selama beberapa hari ini. Ilmu memang bisa diperoleh dari mana saja. Dan workshop kali ini memberikan pemahaman dan kesadaran baru buat saya untuk mengajar secara lebih baik. Semoga!
Tulungagung, 6 Oktober 2013
Ngainun Naim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.