Senin, 14 Oktober 2013

Mari Membangun Taman Bacaan Masyarakat!



Mari Membangun Taman Bacaan Masyarakat!
Oleh Ngainun Naim

Membaca seharusnya ditradisikan semenjak dini. Melalui cara semacam ini, seorang anak akan semakin dekat dengan buku. Ia akan terlatih untuk menikmati membaca. 
Anakku sedang membaca buku baru

Mentradisikan membaca sejak dini dalam kenyataannya belum banyak dilakukan. Sebabnya bermacam-macam. Salah satunya karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk melakukannya. Gencarnya teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai bentuknya juga menjadi sebab yang cukup signifikan.
Satu hal mendasar lainnya yaitu sulitnya akses buku. Bagaimana bisa mentradisikan membaca jika bahan bacaannya tidak ada? Ini masalah klasik yang menurut saya tidak membutuhkan debat, tetapi membutuhkan aksi nyata.
Saya sesungguhnya sudah cukup lama memimpikan memiliki Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di rumah. Beberapa kali keinginan ini saya diskusikan dengan istri, tetapi tampaknya realisasinya sulit. Sebab utamanya karena saya dan istri bekerja dan baru pulang sore hari. Lantas siapa yang akan mengelolanya?
TBM Pelangi dengan Background sepeda Bapakku
 
TBM Pelangi
Gagasan demi gagasan akhirnya mengkristal. Di rumah orang tua saya ada dua orang adik berusia remaja yang juga mencintai buku. Saya tawarkan kepada keduanya untuk mengelola TBM. Rak buku lama milik saya ada yang bisa dimanfaatkan. Saya berjanji kepada keduanya untuk mendanai TBM itu sekaligus membelikan buku-bukunya, walaupun mungkin tidak bisa sangat banyak. Yang penting TBM berdiri dulu. Soal buku-buku bisa sambil jalan.
Kini, sudah sekitar dua bulan lebih TBM yang lokasinya di tempat saya kerja dulu beroperasi. Respon masyarakat, khususnya para pelajar PAUD, TK, SD, dan SMP sangat bagus. Bahkan beberapa warga masyarakat juga berkenan untuk membaca. Memang koleksi bukunya belum terlalu banyak, tetapi sudah cukup lumayan untuk mengobati haus akan ilmu pengetahuan warga masyarakat yang selama ini memang tidak memperoleh akses.
TBM Pelangi—nama yang diberikan oleh adik saya—kini mulai berjalan. Pengunjungnya terus berdatangan. Berbagai kegiatan kreatif juga dikelola oleh adik saya, di antaranya melukis dan menulis cerita. Anak-anak yang datang juga bergembira karena dia bisa belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
Agenda penting yang akan saya kembangkan dalam waktu dekat adalah menambah koleksi buku-buku yang ada. Selain itu, juga mengembangkan jaringan agar TBM kecil ini bisa dikunjungi oleh semakin banyak orang. Dengan cara demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selain alasan membangun tradisi membaca, sesungguhnya pendirian TBM ini juga bagian dari ”balas dendam” saya yang tidak mendapatkan kesempatan menikmati buku secara optimal. Keadaan keluarga masa itu belum memungkinkan saya memiliki buku. Mau meminjam buku juga tidak ada perpustakaan umum. Saya baru bisa membaca secara luas setelah menginjak bangku kuliah S-1. Nah, saya ingin anak-anak dari lingkungan tempat tinggal saya di masa kecil tidak mengalami apa yang pernah saya alami. Saya ingin mereka menikmati buku sejak dini. Semoga usaha kecil ini memberikan berkah hidup buat saya dan keluarga saya. Jadi, mari membangun TBM agar memberikan kontribusi bagi kemajuan masyarakat. Amin.
Trenggalek, 14 Oktober 2013
Ngainun Naim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.