Sabtu, 12 Oktober 2013

Jika Kau Benci, Kau Semakin Tidak Tahu




Jika Kau Benci, Kau Semakin Tidak Tahu


Oleh Ngainun Naim

Saya mengajar beberapa matakuliah yang umumnya kurang disukai oleh mahasiswa, yaitu matakuliah yang berkaitan dengan filsafat. Saat mulai mengajar, biasanya saya melakukan diskusi dengan mahasiswa berkaitan dengan persepsi mereka terhadap filsafat. Berdasarkan pengalaman mengajar selama beberapa tahun, hampir semua mahasiswa menyatakan bahwa mereka tidak suka filsafat. Filsafat itu membuat pusing, filsafat itu rumit, filsafat itu sulit, dan setumpuk penilaian negatif lainnya.
Curah pendapat berkaitan persoalan ini selalu saya nikmati. Saya melihat bagaimana mereka membangun asumsi. Saya biarkan mereka berbicara dan bercerita.
Setelah selesai curah gagasan itu, saya kemudian bertanya: “Siapa di antara Anda sekalian yang sudah pernah membaca buku filsafat?”. Saya tunggu reaksi mahasiswa. Hening. Ada juga yang saling berpandangan. Ada yang tersenyum. Dan kemudian beberapa orang menjawab bahwa belum pernah sekalipun membaca buku filsafat.
”Jika belum pernah membaca filsafat, bagaimana Anda tahu bahwa filsafat itu sulit?”, tanya saya. Mereka diam. Saya kemudian menjelaskan bahwa belajar filsafat itu sama dengan belajar ilmu yang lainnya. Tidak ada ilmu yang sulit. Semua itu tergantung kepada kita. Jika kita mau serius dan tekun, semua kesulitan pasti akan teratasi sehingga ketika ilmu itu dikuasai, ia akan menjadi mudah.
Hal yang sama rupanya terjadi juga pada beberapa bidang ilmu yang lain. Sebelum ilmu itu dipelajari sudah muncul asumsi bahwa ilmu itu sulit. Misalnya bahasa Inggris dan matematika. Karena asumsinya sulit, maka mempelajarinya pun menjadi enggan, bahkan membencinya. Akibatnya jelas, ilmu itu tidak akan dikuasai.
Karena itu, saya biasanya menyarankan kepada mahasiswa yang saya ajar untuk pertama-tama membangun persepsi positif. Jangan ada asumsi bahwa filsafat itu sulit. ”Kalaupun memang kenyataannya sulit, Anda tetap harus mencintainya. Cinta terhadap filsafat akan membuat Anda mampu mengatasi seluruh hambatan dalam mempelajarinya. Tetapi semakin Anda membencinya, Anda semakin tidak akan tahu”. Demikian kira-kira penjelasan saya.
Bagaimana hasilnya? Saya belum pernah membuat evaluasi secara mendetail, tetapi saya melihat mulai ada persepsi positif di antara para mahasiswa. Mereka mulai menyukai memperbincangkan tema-tama filsafat. Saya memang harus terus berusaha menumbuhkan kecintaan mahasiswa terhadap bidang ilmu yang saya ajarkan sebab cinta terhadap ilmu merupakan salah satu kunci penting untuk menguasainya lebih jauh.
Trenggalek, 12 Oktober 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.