Selasa, 03 September 2013

Semakin Banyak Orang Sakit Psikis



Semakin Banyak Orang Sakit Psikis
Oleh Ngainun Naim
Spanduk Acara Workshop

Sekarang ini semakin banyak orang yang sakit secara psikis. Hal ini ditandai dengan mudahnya orang menjadi marah, perang komentar, iri, dengki, fitnah, dan berbagai gejala ketidaksehatan psikis lainnya. Fenomena sakit psikis ini kecenderungannya kian hari kian meningkat. Sakit psikis yang tidak segera mendapatkan pengobatan secara tepat akan mempengaruhi terhadap timbulnya sakit fisik.
Saya bukan orang yang belajar ilmu psikologi. Juga bukan orang yang menekuni kajian terapi psikis. Tetapi hari ini saya mendapatkan banyak ilmu bermanfaat tentang bagaimana menjadi pribadi yang sehat.
Hari ini saya menjadi peserta workshop penyusunan silabi S-1 Jurusan Ushuludin STAIN Tulungagung. Jurusan Ushuludin memiliki tiga program studi, yaitu Tafsir Hadis, Akidah Filsafat, dan Tasawuf Psikoterapi. Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah seorang dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya yang menekuni kajian psikoterapi Islam, yaitu Arif Ainur Rofiq, S.Sos.I., S.Pd., M.Pd. Kandidat doktor Bimbingan dan Konseling dari Universitas Negeri Malang ini membawakan makalah menarik yang berjudul ”Metodologi Sufisme: Aplikasinya dalam Psikoterapi Islam”. Beliau dihadirkan untuk memperkaya perspektif bagi Program Studi Tasawuf Psikoterapi. Melalui pemakalah inilah saya mendapatkan pengetahuan baru tentang psikoterapi dan pernik-pernik persoalan psikologis.
Aspek yang menarik dari pemaparan Pak Arif adalah tentang banyaknya orang yang sekarang ini sakit psikis. Dalam makalahnya, Pak Arif mengidentifikasi beberapa penyebab timbulnya emosi tidak stabil. Pertama, berkembangnya nilai konsumerisme yang salah. Gaya hidup masyarakat sekarang ini menunjukkan kecenderungan meningkatnya gaya hidup konsumerisme. Tidak terlalu sulit menemukan fakta ini. Orang sekarang ini memiliki kecenderungan untuk berlebihan menggunakan produk baru industri tanpa mempertimbangkan urgensi kegunaannya. Yang penting ikut arus supaya tidak ketinggalan zaman. Demi mengejar gengsi, banyak orang yang justru menyengsarakan dirinya sendiri. Memang, konsumerisme memberikan keuntungan bagi perputaran ekonomi. Bagi mereka yang berkantong tebal, tentu ini bukan masalah. Tetapi bagi yang ekonominya pas-pasan, menuruti gaya hidup konsumerisme sama artinya dengan menabung masalah. Tumpukan masalah karena gaya hidup konsumerisme inilah yang menyebabkan timbulnya emosi tidak stabil.
Kedua, berkembangnya nilai-nilai hedonisme. Hedonisme ini semakin berkembang luas yang ditandai dengan kecenderungan orang untuk mengagungkan diperolehnya rasa kenikmatan atau kesenangan fisik sesaat.
Ketiga, ditumpanginya nilai-nilai spiritual atau sakral dengan nilai-nilai komersial.
Keempat, terdesaknya nilai-nilai idealisme oleh pragmatisme, yaitu kecenderungan orang menomorsatukan pada hasil yang dapat memberikan kemanfaatan langsung daripada kemuliaan.
Kelima, terdesaknya penggunaan cara-cara yang benar untuk mencapai sesuatu tujuan oleh kecenderungan orang menggunakan cara-cara yang mudah, cepat, pintas, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pergeseran nilai-nilai sebagaimana disebutkan di atas menyebabkan timbulnya berbagai penyakit mental, di antaranya rakus, hasad, dengki, riya’, was-was, cinta dunia dan harta secara berlebihan. Kondisi semacam ini sebagai indikator jiwa yang tidak sehat.
Selain paparan di atas, ada banyak materi yang disampaikan berkaitan dengan psikoterapi Islam. Saya sendiri merasakan manfaat besar dari materi yang disampaikan. Memang banyak hal teknis yang tidak saya pahami, tetapi saya mendapatkan banyak hal baru dalam acara ini.
Salam!
Tulungagung, 3 September 2013
Ngainun Naim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.