Minggu, 29 September 2013

Membaca Itu Gizi Menulis



Membaca Itu Gizi Menulis
Oleh Ngainun Naim

Dunia membaca dan menulis menjadi topik yang tidak pernah habis diulas. Lihat saja artikel para Kompasianer yang terus saja bermunculan tentang membaca dan menulis. Hal ini merupakan bukti betapa dunia membaca dan menulis merupakan dunia yang tidak pernah kehilangan pesona untuk dibahas.
Tulisan saya kali ini masih juga mengulas tentang dunia membaca dan menulis. Bosan? Mungkin ia bagi Anda, tetapi tidak bagi saya. Menurut saya, membaca dan menulis memang harus selalu diulas dan disosialisasikan. Sebabnya jelas, yaitu semakin banyak orang yang mau membaca dan menulis maka akan semakin banyak dampak positif yang bisa diperoleh.
Apakah selalu menghadirkan dampak positif? Jawabnya saya kira tergantung. Aktivitas apapun itu tergantung kepada niatnya. Kalau memang membaca dan menulis diniati untuk menghasilkan sesuatu yang positif, tentu saja besar kemungkinan akan menghasilkan nilai positif juga. Tetapi jika niatnya negatif, tentu akan menghasilkan sesuatu yang negatif pula.
Soal aspek positif saya kira tidak perlu diulas lagi. Soal yang negatif? Banyak juga. Contohnya adalah orang yang banyak membaca dan menulis, tetapi dilakukan tidak dengan jujur. Banyak menulis, tetapi tidak menyebut sumber secara jujur alias plagiat. Ini merupakan contoh negatifnya. Jadi, aspek niat menjadi penentu nilai positif aktivitas membaca dan menulis.

Eka Sari Lorena Surbakti
Jumat pagi ini menjadi hari indah yang harus saya syukuri. Kondisi fisik saya berangsur membaik setelah sakit selama beberapa hari. Karena itu, sebagaimana biasa, saya datang ke kampus pada jam kerja.
Setelah berbenah dan mempersiapkan segala sesuatu untuk mengajar, saya mulai membaca koran. Kebetulan sekali, di halaman 20 rubrik sosok koran Jawa Pos, saya menemukan sosok Eka Sari Lorena Surbakti. Perempuan pengusaha ini ternyata memiliki kebiasaan membaca yang tinggi. Dalam kondisi sibuk sekalipun selalu diusahakan untuk membaca. Sebagaimana dimuat di Jawa Pos edisi Jumat (27/9), ia menuturkan:
”Saya paling doyan membaca karena ingin tahu banyak hal. Jadi, situasi apa pun, pasti saya sempatkan untuk membacanya”.
Dia tidak pilih-pilih jenis (genre) buku yang dibaca.
”Saya suka semua jenis buku. Komik, majalah, koran, buku teknologi, buku tentang ponsel, semua ingin tahu”.
Dampak nyata dari kegemaran membaca Lorena adalah ia berhasil menulis sebuah buku. Buku yang rencananya diluncurkan pada 29 September tersebut berjudul Ayo, Lawan Kemacetan.

Buku The Power of Reading
Saya sendiri beberapa bulan lalu telah menerbitkan sebuah buku tentang membaca. Buku ini saya tulis karena keyakinan saya bahwa membaca memang sangat penting artinya bagi manusia. Makna penting membaca ini sudah tidak perlu diragukan atau diperdebatkan. Sebab, hampir semua orang akan mengiyakan jika ditanya tentang makna penting membaca. Membacalah yang mampu membuat seseorang keluar dari tempurung pengetahuannya yang kerdil. Lewat membaca, seseorang mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak bertepi. Ada banyak hal luar biasa yang bisa diraih dari menjelajahi dunia aksara ini.
Namun demikian, tidak setiap aktivitas membaca akan memiliki makna yang dahsyat sehingga mampu menggerakkan, memberdayakan, apalagi mampu merubah jalan hidup seseorang. Dibutuhkan berbagai prasyarat dan kondisi yang mendukung agar kegiatan membaca mampu menjadikan seseorang “berubah” menjadi “manusia baru” yang tercerahkan.
Membaca akan memiliki makna yang cukup penting ketika pembacanya mampu menangkap makna, baik yang tersurat maupun tersirat, dari teks tertulis yang dibacanya. Jika hal ini tidak mampu dilakukan, maka membaca juga akan kehilangan makna dan fungsinya yang substansial. Membaca dalam konteks yang semacam ini bukanlah sebuah kegiatan yang akan mampu memperkaya informasi, memberdayakan, apalagi mengubah jalan hidup seseorang.
Buku yang saya tulis ini mengulas tentang bagaimana banyak orang yang mampu berubah hidupnya karena teks tertulis. Ada yang perubahannya begitu monumental, ada juga yang perubahannya biasa saja. Semuanya tergantung kepada kondisi hidup masing-masing orang. Tetapi di luar itu semua, satu hal yang penting untuk direnungkan bahwasanya manusia itu memang bisa berubah hidupnya karena pengaruh teks. Namun hal itu tidak terjadi begitu saja.

Penutup
Paparan di atas secara implisit ingin menegaskan bahwa membaca itu penting artinya. Membaca dapat memiliki banyak fungsi, di antaranya meningkatkan gizi sebuah tulisan. Kebiasaan membaca yang dimiliki ibu Lorena berdampak nyata pada lahirnya sebuah buku.
Saya kira semua penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Bagaimana mungkin bisa dihasilkan sebuah tulisan yang baik jika penulisnya tidak pernah membaca buku? Jadi, marilah menyeimbangkan membaca demi tulisan yang bergizi.

Salam Persaudaraan!
Tulungagung, 27 September 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.