Selasa, 10 September 2013

Inspirasi Hidup Seorang Tukang Ojek



Inspirasi Hidup Seorang Tukang Ojek
Oleh Ngainun Naim

Pelajaran hidup bisa diperoleh dari mana saja. Hal-hal sederhana yang selama ini kerap kita temui pun sesungguhnya memberikan banyak pelajaran berharga. Cuma kita mau membuka diri dan menyadarinya atau tidak. Jika kita sudah menyiapkan diri untuk selalu menggali dan mengambil inspirasi hidup, kita akan bisa menemukannya. Sebaliknya jika kita menutup diri, tentu inspirasi itu tidak akan mampu kita serap.
Saya sendiri jarang menemukan inspirasi. Mungkin saya terlalu cuek dan tidak peduli. Mungkin juga karena hati saya keras sehingga tidak bisa mengambil pelajaran hidup dari sekitar.
Padahal, jika saya mau, saya bisa saja menemukan pernik hidup yang kaya warna. Mungkin karena tuntutan hidup yang kian mekanis, saya kurang memiliki ruang hidup untuk melakukan refleksi. Hidup saya lebih didominasi oleh kerja dan kerja. Ruang-ruang sosial, spiritual, dan emosional menjadi kurang berkembang secara baik.
Memperbanyak Membaca
Saya memang harus semakin banyak membaca. Membaca apa saja, bisa teks tertulis maupun teks kehidupan. Teks tertulis memang selalu saya usahakan untuk saya baca, walaupun harus dilakukan dengan memanfaatkan sela-sela waktu bekerja yang padat. Sebuah buku kadang membutuhkan beberapa hari untuk menuntaskannya, kadang membutuhkan waktu mingguan. Memang ada banyak faktor yang menentukan selesainya sebuah buku.
Membaca teks kehidupan juga saya lakukan, walaupun tidak tersistematis. Saya kadang mencoba menghayati dan menggali makna dari berbagai fenomena. Kehidupan sosial kemasyarakatan, dinamika pergaulan sehari-hari, aneka ragam manusia, dan berbagai hal lainnya saya usahakan untuk saya cermati. Tetapi saya tidak mampu melakukannya dengan intensitas tinggi dan berdasarkan kesadaran untuk perbaikan hidup.
Hidup yang ideal adalah selalu melakukan peningkatan kualitas dari hari ke hari. Hari ini diusahakan lebih baik daripada hari kemarin. Hari esok diusahakan lebih baik dari hari ini. Tetapi ini adalah idealitas yang sering berbanding terbalik dengan realitas. Realitas hidup itu fluktuatif. Kadang meningkat lebih baik dan kadang terjatuh pada kondisi yang kurang baik.
Inspirasi Tukang Ojek
Saya merupakan seorang penglaju, yaitu orang yang bekerja antarkota dengan naik bus menuju tempat kerja. Kadang memang membawa kendaraan sendiri, tetapi lebih sering dengan naik bis. Menjadi penglaju membuat saya berkenalan dengan banyak orang: sesama penglaju, kru bus, tukang ojek, tukang penitipan sepeda, dan berbagai profesi lainnya. Bertemu dengan manusia yang beraneka ragam profesi membuat saya mengetahui bahwa kehidupan itu sangat beraneka ragam. Ada dinamika hidup yang unik, khas, dan menarik untuk dicermati.
Kamis sore (5 September 2013), saya pulang dari kantor sudah agak sore. Hampir jam 5 ketika saya sampai di penitipan. Saya lihat bus menuju Trenggalek baru saja lewat. Itu artinya saya harus menanti bus berikutnya.
Saya duduk di kursi depan penitipan yang dipakai jualan sate kambing. Mas Anto, penjaga warung sate, menyapa saya dengan ramah. Kami berbincang dengan hangat. Sesaat kemudian datang Pak Har, tukang ojek yang biasa mangkal di situ. Saya sering menyapa dan berbincang singkat dengan Pak Har, tetapi hanya sekadar basa-basi saja. Tetapi sore itu, karena waktu menunggu bus yang agak lama, saya bisa berdiskusi banyak.
Sore itu saya mendapatkan banyak pengetahuan dan makna hidup. Saya bertanya di mana rumah Pak Har, beliau menjawab bahwa rumahnya hanya berkisar 300 meter dari terminal. Perbincangan pun meluas, termasuk bagaimana ia bercerita tentang kehidupannya. Ia menjelaskan bahwa setiap bulan ada pemasukan 250.000 rupiah dari para pelanggan. Uang itu biasanya dia tabung. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari dia mengandalkan dari pemasukan sebagai tukang ojek yang non-langganan.
Pak Har bercerita bahwa istrinya adalah seorang penjahit. Setiap hari istrinya berusaha menabung sesuai dengan pemasukan yang diterimanya. Kadang 5.000, kadang 10.000, tergantung keadaan. Tabungan istrinya sangat berguna untuk keperluan penting dan mendadak.
Tidak hanya itu. Pak Har juga menabung dalam bentuk kambing. Ia memiliki 8 ekor kambing yang ia pelihara dengan penuh kesungguhan. Saat bercerita, ia penuh semangat menjelaskan bagaimana cara memelihara kambing. Saya yang awam peternakan hanya mendengarkan saja.
Ada banyak hal yang saya peroleh dari pertemuan dengan Pak Har sore itu. Saya menangkap bahwa semangat menjalani dan bertahan hidup dalam dinamika kehidupan yang kian ketat disikapi secara arif dan kreatif. Pak Har telah memberikan inspirasi kepada saya mengenai bagaimana menjalani kehidupan ini secara lebih baik.
Tulungagung, 6 September 2013
Ngainun Naim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.