Senin, 30 September 2013

Cinta dan Kasih Sayang Semakin Hilang dari Hati Kita





Cinta dan Kasih Sayang Semakin Hilang dari Hati Kita
Buku karya Irwan Masduqi


Oleh Ngainun Naim
Kekerasan dalam berbagai bentuknya semakin sering terjadi. Teror dalam berbagai bentuknya kian mencekam kesadaran masyarakat. Penindasan sebuah kelompok atas kelompok lain yang dinilai menyimpang menjadi fenomena yang tidak pernah tuntas diselesaikan. Dan masih banyak lagi kasus yang menunjukkan betapa nilai-nilai kemanusiaan semakin sering dilanggar.
Inikah buah demokrasi? Demokrasi, sejauh yang saya pahami, tidak mengajarkan hal-hal negatif semacam itu. Tetapi pelaksanaan demokrasi memang tidak bisa sekali proses. Dibutuhkan proses panjang dan berkelanjutan. Pada proses ini, ada dinamika dan perkembangan. Salah satu aspek yang biasanya mengiringi adalah munculnya fenomena tidak menggembirakan sebagaimana yang saya uraikan di atas.
Tidak ada formula tunggal untuk meminimalisir fenomena kekerasan dalam berbagai bentuknya. Aspek yang penting adalah bagaimana seluruh elemen masyarakat memiliki kesadaran untuk menghargai mereka yang berbeda. Ya, menumbuhsuburkan toleransi dalam berbagai bidang kehidupan menjadi aspek penting yang harus terus-menerus disuarakan. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan mendewasakan cara pandang masyarakat terhadap realitas keragaman yang ada. Kedewasaan cara pandang ini akan menghasilkan kesadaran untuk tidak memaksakan pendapat atas orang lain.
Sekarang tampaknya kita sedang belajar menjadi dewasa dalam menyikapi perbedaaan. Kita baru belajar, belum menuai hasil belajar.

Inspirasi Muhammaed Fethullah Gülen
Nama Muhammaed Fethullah Gülen mungkin relatif asing bagi telinga masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena Muhammaed Fethullah Gülen memang bukan orang Indonesia. Ia merupakan intelektual Muslim yang cukup diperhitungkan dari Turki.
Nama Muhammaed Fethullah Gülen saya kira penting untuk diperkenalkan ke Indonesia karena ia memiliki pemikiran penting berkaitan dengan bagaimana menciptakan kehidupan harmonis di tengah-tengah tantangan kehidupan yang kian kompleks. Menurut saya, seorang intelektual yang bisa memberikan kontribusi positif bagi kehidupan kita dapat kita apresiasi pemikirannya, tanpa memandang asalnya. Melalui cara demikian, kehidupan kita justru akan semakin kaya warna.
Muhammaed Fethullah Gülen adalah seorang master sufi dan peacemakers yang sangat populer di Turki. Ia sangat getol membangun dialog antargolongan yang mewakili beragam ideologi, budaya, agama, dan negara.
Salah satu bentuk kegelisahan Muhammaed Fethullah Gülen adalah meningkatnya terorisme dan kekerasan. Menurut Gülen, terorisme dan kekerasan merupakan akibat dari hilangnya cinta dan kasih sayang di hati manusia. Cinta adalah sebuah obat mujarab bagi problem terorisme. Kehidupan manusia hanya dapat diwujudkan secara harmonis dengan cinta karena Allah tidak menciptakan hubungan yang lebih kuat daripada cinta. Cinta merupakan rantai yang mengikat manusia satu sama lain. Bahkan, alam semesta hanya akan menjadi reruntuhan jika tanpa cinta (Masduqi, 2011: 151).
Perspektif yang dikembangkan Gülen saya kira penting untuk terus disuarakan agar kehidupan damai semakin mungkin untuk terwujud. Memang bukan hal yang mudah, tetapi usaha yang dilakukan secara konsisten akan memungkinkan bagi terwujudnya kehidupan harmonis. Semoga!
Trenggalek—Tulungagung, 29-30 September 2013
Ngainun Naim

Referensi:
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran, Teologi Kerukunan Umat Beragama (Bandung: Mizan, 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.