TAMU ISTIMEWA SAAT LEBARAN
Oleh Ngainun
Naim
Lebaran adalah saat istimewa. Inilah saat manusia dipertemukan satu sama
lain. Saling kunjung-mengunjungi, saling berbagi kisah, menanyakan kabar,
melepaskan kangen, dan seterusnya.
Silaturrahim saat lebaran tidak hanya memberikan manfaat mempererat tari persaudaraan
dan saling memaafkan, tetapi juga memberikan spirit menulis. Anda mungkin
bertanya, bagaimana spirit menulis bisa tumbuh pada saat lebaran?
Memang, lebaran secara tidak langsung berkaitan dengan menulis. Tetapi bagi
penulis yang kreatif, momentum lebaran menjadi sumber ide yang sangat subur.
Tidak perlu jauh-jauh mencari bukti. Coba Anda cermati artikel-artikel di blog
keroyokan Kompasiana. Sangat mudah untuk ditemukan adanya artikel yang ide
dasarnya berkaitan dengan lebaran.
Tidak hanya itu. Saya justru menemukan spirit baru menulis setelah
kedatangan TAMU ISTIMEWA saat lebaran. Hari minggu sore, 11 Agustus 2013 lalu,
dua orang penulis berbakat Trenggalek, Nurani Soyomukti dan Misbahus Surur,
datang ke rumah. Kehadiran kedua penulis ini membuat suasana lebaran menjadi
berbeda. Perbedaan pertama karena mereka berdua adalah orang-orang yang
memiliki spirit besar dalam menumbuhkembangkan gairah literasi di Trenggalek.
Perbedaan yang kedua, tema perbincangan sore itu juga mau tidak mau bergeser ke
topik menulis. Inilah yang membuat suasana minggu sore itu menjadi istimewa.
Penulis Itu Pengkliping
KLIPING menjadi salah satu topik yang menarik dalam perbincangan tersebut.
Hari gini ngomong kliping? Ya, mungkin sekarang ini banyak yang mengabaikan
kliping. Tetapi sejauh diskusi kami, banyak penulis yang produktif ternyata
juga pengkliping kelas berat.
Sekarang memang zaman serba canggih. Butuh data apapun bisa cari bantuan
mesin pencari. Dan dalam hitungan detik, data akan tersedia. Orang tidak perlu
lagi susah untuk membaca koran atau majalah dan mengkliping bagian-bagian yang
penting. Karena itu, di zaman yang serba canggih ini, kegiatan mengkliping akan
dianggap sebagai kegiatan yang mubadzir dan membuang waktu.
Tetapi tunggu dulu. Jangan langsung memvonis bahwa kliping itu tidak ada
manfaatnya. Harus saya tegaskan bahwa mengkliping
itu merupakan kegaiatan yang sangat bermanfaat. Memang mungkin sudah
terlihat kuno, tetapi jika kita cermati, ada banyak sekali manfaat yang bisa
diperoleh.
1.
Dokumentasi
Dokumentasi itu sangat penting artinya. Koran, misalnya,
terbit setiap hari. Tidak semua yang dimuat di koran itu penting bagi kita.
Tetapi ada juga bagian-bagian tertentu yang menarik. Nah, bagian yang penting
ini jika kita kliping akan sangat besar manfaatnya. Misalnya satu hari kita
mengkliping satu artikel saja, maka selama sebulan kita sudah memiliki
dokumentasi sebanyak 30 buah kliping. Ini merupakan bahan dokumentasi yang
besar sekali manfaatnya.
2.
Sumber Inspirasi
Kliping dalam jumlah memadai menjadi sumber inspirasi penting
dalam menulis. Para penulis besar—misalnya Pramoedya Ananta Toer—memiliki
tradisi membuat kliping yang kokoh. Sampai di usia tuanya, Pram terus membuat
kliping setiap harinya. Konon, kliping yang dibuat memenuhi hampir setiap
bagian dari ruangan rumahnya. Kuatnya tradisi membuat kliping ini membuat Pram
menjadi seorang sastrawan yang sangat subur dalam melahirkan karya dengan
kualitas yang tidak perlu untuk dipertanyakan lagi.
Pram bukan hanya satu-satunya penulis besar Indonesia
yang memiliki tradisi mengkliping. Ada banyak penulis lainnya yang memiliki
tradisi yang sama. Mereka semua tetap teguh dan tekun membuat kliping. Zaman
memang telah berubah, tetapi jika ada yang mau dan mampu tetap mempertahankan
tradisi mengkliping, saya kira manfaatnya tidak perlu untuk diragukan lagi.
Karena itu, merawat tradisi mengkliping di zaman serba canggih ini tetap
memiliki manfaat yang besar.
3.
Setara dengan Buku Cetak
Menulis buku itu tidak gampang. Butuh perjuangan berat.
Tantangannya bermacam-macam. Apalagi bagi intelektual yang sangat sibuk. Bagi
mereka, menulis harus dilakukan di sela-sela kegiatan yang sangat padat. Bentuk
tulisan yang dihasilkan rata-rata tulisan pendek, seperti artikel atau esai.
Karena permintaan para pembaca atau karena faktor lainnya, tidak jarang tulisan
yang awalnya berupa tulisan-tulisan pendek yang sudah dimuat di media massa
kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dijadikan sebuah buku.
Tidak sedikit para intelektual Indonesia yang menerbitkan
buku baru, tetapi isinya merupakan kumpulan artikel-artikel pendek yang telah
dimuat di media massa. Saya memiliki beberapa buku intelektual terkemuka di
Indonesia yang isinya berupa kumpulan artikel dari media massa. Nah, jika kita
rajin mengkliping tulisan mereka, saya kira kita bisa menghemat biaya untuk
membeli buku.
Kliping dan Tradisi Menulis
Saya sendiri memiliki kumpulan kliping yang cukup lumayan. Pengalaman
selama ini menunjukkan bahwa banyak tulisan saya yang lahir karena membaca
kliping. Saya belajar menulis artikel dan resensi buku di media massa dari
membaca klipingan banyak penulis. Karena itu, walaupun kini sudah tidak lagi
intensif membuat kliping, tetapi saya tetap membuatnya di sela-sela waktu yang
ada. Membuat kliping, sejauh pengalaman personal saya, ternyata menjadi sumber
inspirasi penting dalam menulis.
Salam,
Tulungagung, 12 Agustus 2013
Ngainun Naim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.