Senin, 26 Agustus 2013

MENELADANI SPIRIT KEPENULISAN LAURA INGALLS



MENELADANI SPIRIT KEPENULISAN
LAURA INGALLS
Oleh Ngainun Naim
Penulis dan Dosen STAIN Tulungagung

Kesuksesan tidak datang begitu saja dalam waktu sekejap. Untuk meraih kesuksesan, dibutuhkan kerja keras, ketabahan, tahan banting, dan segenap nilai-nilai perjuangan lainnya. Dengan segenap prasyarat tersebut, keberhasilan akan lebih memiliki makna dan daya tahan lebih lama daripada kesuksesan dari hasil warisan.
Tampaknya, keberhasilan lewat "jalan asketis" semacam ini kian asing dan mulai ditinggalkan. Kuatnya arus pragmatisme dan mentalitas jalan pintas menjadikan orang lebih memilih “potong kompas” untuk meraih kesuksesan. Jalan normal dan kompetitif-objektif dinilai terlalu lamban dalam merengkuh sebuah tujuan.
Jika sekarang Indonesia menjadi negara dengan tingkat korupsi tinggi, sesungguhnya bukan merupakan hal yang aneh. Ada cukup banyak faktor yang kondusif dalam menyemai kian tumbuh suburnya korupsi. Salah satunya adalah desakan kuat arus pragmatisme.
Merubah realitas pragmatisme tentu bukan hal mudah. Bukannya pesimis, tetapi inilah realitas yang tengah menjadi arus dominan. Aspek paling logis yang dapat dilakukan adalah menawarkan perspektif alternatif untuk membangun keseimbangan agar pragmatisme tidak menjadi paradigma dominan yang menjadi titik orientasi semua orang. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan belajar sejarah orang yang layak untuk diteladani.
Dunia menulis sarat dengan tokoh-tokoh besar yang tidak terjebak dengan pragmatisme. Para penulis memang memiliki orientasi yang berbeda-beda. Tetapi penulis yang berorientasi semata-mata demi kepentingan pragmatis akan kehilangan ruh dan spirit dasar kepenulisan. Tulisan yang dihasilkan akan terasa kering, hambar, dan minim refleksi. Orientasinya memang bukan pada bagaimana tulisan tersebut mampu mencerahkan pembacanya, tetapi lebih pada bagaimana tulisan segera selesai dan setelah itu mendapatkan bayaran dari tulisan yang dihasilkannya.
Laura Ingalls adalah contoh penting yang layak untuk diteladani. Jejak hidupnya mengajarkan tentang bagaimana kebajikan menjadi landasan dasar kehidupannya, pentingnya moralitas kompetitif dan segenap nilai-nilai hidup yang mulai termarginalkan. Ia adalah prototipe figur yang layak untuk diteladani. Hidupnya penuh dengan dinamika dan liku-liku. Kesengsaraan, ketegaran, kesenangan, kesedihan, beratnya perjuangan, dan keberhasilan menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupannya.
Perjalanan kehidupan Laura dan keluarganya sarat dengan dinamika dan kegetiran. Ia dibesarkan dalam keluarga sederhana yang akrab dengan kesengsaraan. Demi membangun masa depan dan kehidupan yang lebih menjanjikan, orang tuanya harus berkali-kali pindah tempat tinggal. Tidak kurang dari 8 kali Laura ikut dalam ritual pindah tempat tinggal bersama keluarganya.
Dalam beberapa kali kepindahan demi menyongsong masa depan yang lebih menjanjikan, kesuraman dan kegagalan yang justru harus sering mereka rasakan. Ketika mereka tinggal di Kansas misalnya, mereka menanam gandum sebagai satu-satunya penyangga perekonomian. Hari demi hari mereka jalani dengan penuh harapan akan datangnya masa panen. Namun harapan tersebut harus berhenti sebatas harapan dan berubah menjadi asa. Masa panen yang dinantikan sirna karena tanaman gandum mereka diserang jutaan belalang. Dengan tragis Laura melukiskan bagaimana belalang-belalang tersebut memupus harapan keluarganya. “Mereka mendarat di ladang dan mulai memakan segala yang tampak. Mereka mengganyang pohon, bunga dan kebun sayuran. Dan yang paling buruk dari semua itu, mereka memakan panenan gandum. Tatkala belalang-belalang itu pergi setelah meletakkan teluru-telur mereka, ladang gandum itu telah hancur”.
Kegagalan ini menorehkan luka yang cukup mendalam. Maka tidak ada pilihan lain bagi keluarga besar Ingalls selain harus pindah kembali. Begitulah, berpindah tempat tinggal menjadi ritual rutin yang harus mereka jalani.
Kesengsaraan dan penderitaan hidup yang sedemikian berat tidak menghalangi niat Laura dalam merintis karier. Sejak usia sangat muda (13 tahun), ia telah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang guru. Berbagai latihan dan pendidikan sedapat mungkin ia ikuti. Walaupun kondisi dunia pendidikan saat itu masih jauh dari ideal, tetapi keinginan maju yang menggebu-nggebu telah memberi spirit menyala dalam diri wanita muda ini untuk merintis karier. Jika kemudian Laura menjadi seorang guru yang cukup disegani sepanjang hayatnya, semua itu tidak lepas dari tumpuan hidup dan perencanaan karier yang dilakukannya sejak usia muda.
Selain kerasnya perjuangan hidup, ada sisi menarik lain dalam diri Laura Ingalls Wilder, yaitu berkaitan dengan dunia menulis. Karier kepenulisan Laura terbilang cukup unik. Berbeda dengan para penulis lain yang mulai menjelajahi dunia “menjahit ide” semenjak muda, dunia kepenulisan baru dia tekuni saat usianya sudah menginjak 44 tahun. Namun semangatnya sangat besar. Dia tetap tekun menulis dan terus berkarya. Dan buku pertamanya baru terbit ketika usianya lebih dari 65 tahun.
Wanita luar biasa ini akhirnya memetik buah kerja kerasnya ketika sudah berusia senja. Jika ditelisik, keberhasilan ini merupakan buah dari kerja kerasnya yang panjang dan melelahkan.
Laura Ingalls Wilder memang hidup dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda dengan kita sekarang ini. Namun pesan-pesan yang termaktub dalam buku ini memiliki tingkat aktualitas dan signifikansi yang abadi. Dalam salah satu karyanya dia menegaskan bahwa perubahan merupakan kenyataan yang tidak mungkin untuk dihindari. Namun dia menegaskan tentang pentingnya nilai-nilai moralitas yang dinilainya akan selalu aktual, seperti menjadi orang jujur dan dapat dipercaya; mempergunakan sebaik-baiknya apa yang kita punyai; berbabahagia dengan kesenangan sederhana serta tetap bergembira dan teguh ketika terjadi hal yang tidak menyenangkan.
Sketsa hidup seorang guru yang juga penulis ini menarik untuk dibaca, dijadikan teladan, dan direfleksikan secara luas bagi kalangan muda karena memberikan deskripsi tentang bagaimana menjalani hidup secara terencana. Betapa hidup memang penuh warna dan tantangan. Ketegaran dan kerja keras akan mampu menundukkan segala rintangan yang menghadang. Laura Ingalls Wilder adalah contoh yang layak untuk diteladani.


4 komentar:

  1. Kapan bisa mengikuti jejak menulis njenengan prof nggeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih berkenan membaca. Ini tulisan tahun 2013.

      Hapus
  2. Masya Allah. Tulisan Prof. Ngainun sungguh mencerahkan & menginspirasi. Terima kasih. (Abdisita)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.