Selasa, 25 Juni 2013

POLA ORANG SUKSES MENURUT STEPHEN R. COVEY



Oleh Ngainun Naim

Salah seorang penulis yang saya sukai adalah Stephen R. Covey. Saya memang hanya membaca dua saja dari bukunya, tetapi energi buku itu—menurut saya—memang luar biasa. Ia berhasil membangun sudut pandang yang mencerahkan tentang bagaimana menjalani kehidupan sukses di tengah persaingan hidup yang semakin gila dan ketat.
Menurut Covey, bila kita mengkaji kehidupan semua orang yang mencapai prestasi gemilang—yaitu orang-orang yang memiiki pengaruh besar terhadap sesamanya, mereka yang telah berjasa besar, dan orang-orang yang telah mewujudkan hal-hal yang luar biasa—kita akan menemukan sebuah pola. Melalui upaya dan perjuangan batin mereka yang terus-menerus tanpa henti, mereka telah mengembangkan keempat kemampuan atau kecerdasan bawaan mereka. Perwujudan tertinggi dari keempat kecerdasan itu adalah: kecerdasan mental, visi; untuk kecerdasan fisik, disiplin; untuk kecerdasan emosional, gairah; dan untuk kecerdasan spiritual, nurani atau suara hati.
Visi berarti dengan mata batin melihat kemungkinan yang terdapat dalam diri orang, dalam proyek, dalam hal-hal yang pantas diperjuangkan, dan dalam usaha kita. Visi dihasilkan ketika pikiran kita menghubungkan kebutuhan dengan kemungkinan, ”Apa yang sekarang terbukti, dulu hanya dibayangkan atau diangan-angankan” (William Blake). Bila orang tak punya visi, bila mereka mengabaikan perkembangan kemampuan pikiran untuk mencipta, mereka akan jatuh pada kecenderungan manusiawi ke arah victimism (viktimisme, merasa menjadi korban).
Disiplin adalah membayar harga yang harus dibayar untuk mewujudkan visi tersebut. Disiplin inilah yang menangani fakta keras dan pragmatis dari realitas kehidupan kita, dan melakukan apa saja yang diperlukan agar sesuatu bisa terwujud. Disiplin akan muncul bila visi bertemu dengan komitmen. Kebalikan dari disiplin dan komitmen yang membuat kita rela untuk berkorban adalah mendahulukan keinginan sesaat.
Gairah adalah api, hasrat, dan kekuatan yang tumbuh dari keyakinan, serta dorongan yang mempertahankan disiplin untuk terus berjuang menggapai visi. Gairah muncul bila kebutuhan bertemu dengan bakat unik kita. Kalau kita tidak memiliki gairah seperti itu, kekosongannya akan diisi dengan perasaan tidak aman.
Nurani adalah kesadaran moral kita mengenai apa yang baik dan buruk, dan dorongan untuk menggapai makna dan memberi sumbangan nyata. Nurani adalah kekuatan yang mengarahkan kita dalam menggapai visi, mendayagunakan disiplin dan gairah hidup. Nurani amat bertentangan dengan kehidupan yang didominasi oleh ego atau keakuan kita. Perspektif Covey ini saya kira penting untuk kita kaji, renungkan, dan jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menjalani kehidupan sekarang ini. Saya kira tidak penting memperdebatkan apa, mengapa, dan siapa Covey, tetapi yang lebih penting adalah apa, mengapa, dan bagaimana gagasan briliannya telah mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.