Kamis, 18 April 2013

BELAJAR MENULIS PADA ZARA ZETTIRA ZR


Sebagai orang yang menikmati dunia menulis, aku selalu dan terus belajar tentang bagaimana menulis yang baik. Aku sadar sepenuhnya bahwa tulisanku masih harus terus diperbaiki. Setiap tulisan yang kubuat lalu terbit, entah di FB, blog, koran, atau buku, selalu saja ada kutemukan beberapa kelemahan.  Untuk itulah, aku kira belajar menjadi pilihan yang paling logis.
Ada banyak cara yang kulakukan. Membeli buku tentang menulis adalah salah satunya. Selain itu, menyimak informasi kepenulisan di koran, majalah, internet, FB, ataupun dari media yang lainnya. Semua itu kulakukan semata-mata agar tulisanku semakin baik dan bermutu.
Senin sore (16/4/2013), aku diskusi tentang dunia literasi di rumah Priyo Pambudi Utomo, sastrawan Trenggalek yang terkenal dengan kolom ”Sastro Koplak”-nya. Sesaat setelah aku sampai, datang Bunda Zakyzahra Tuga dan Mas Siwi Sang. Diskusi pun berlangsung gayeng dan penuh persahabatan. Aku menemukan banyak informasi dan pengetahuan. Selain, tentu saja, jalinan silaturrahim yang membangun dan memperkaya jiwa.
Menjelang isya’ aku pamit duluan karena sehari belum pulang ke rumah, sementara Priyo, Bunda Zaky, dan Mas Siwi melanjutkan diskusi. Aku tidak tahu sampai jam berapa mereka menuntaskan diskusi tersebut. Namun demikian, diskusi tersebut memberikan kesan penting bagiku: dunia literasi membutuhkan perjuangan dan kebesaran jiwa, penghargaan, penghormatan, pengelolaan emosi, menekan ego, dan kesabaran.
Pulang ke rumah, setelah mandi dan menemani anak bermain game, aku mulai membuka laptop. Maunya menyelesaikan tugas teknis kantor yang hari ini seharusnya memang aku selesaikan, tetapi konsentrasiku macet. Mungkin karena kecapekan.
Tiba-tiba aku teringat tentang seorang penulis, Zara Zettira ZR. Nama ini dulu begitu kukagumi saat duduk di bangku MTs. Saat itu, aku sering membaca Majalah Anita Cemerlang di rumah famili. Orang tua tidak langganan majalah karena selain karena kurang mengetahui dunia literasi, juga karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang memungkinkan. Tetapi beruntung, aku sempat menikmati majalah remaja itu karena ada famili yang berlangganan.
Salah seorang penulis yang kukagumi adalah Zara Zettira ZR. Hampir tiap edisi cerpennya muncul. Aku membaca ceritanya yang memikat. Memang aku tidak ingat persis cerpen-cerpennya. Tetapi satu yang kuingat, spirit untuk menjadi penulis seperti Zara Zettira ZR mulai tersemai dalam diri.
Senin sore itu aku membuka-buka kliping di lemari yang mulai dipenuhi debu. Kubersihan dan kubaca daftar isinya. Ternyata di dalamnya ada tulisan tentang Zara yang berjudul ”Zara: Menulis itu Sarana Rekreasi” yang dimuat Kompas edisi 15 Maret 2009. Berarti sudah empat tahun yang lalu. Tetapi tidak apa, sebab yang penting adalah isinya yang bisa memberikan manfaat.
Pembuka tulisan ini sangat memikat dan berenergi. ”Dunia Zara Zettira ZR adalah dunia imajinasi dan kata-kata. Sepanjang hayat, ia terus memproduksi kata-kata. Lalu, jadilah ribuan cerita pendek, belasan novel, dan ratusan episode skenario sinetron”.
Coba Anda simak kalimat pembuka ini. Bagiku, kalimat tersebut sangat memikat. Aku seperti diajak masuk ke dunia imajinasi. Dunia yang mampu mengajak setiap orang menuju kehidupan yang penuh cita. Tetapi kata penting yang menggetarkanku adalah SEPANJANG HIDUP, IA TERUS MEMPRODUKSI KATA-KATA. Luar biasa. Aku juga ingin melakukannya, walaupun genre-nya berbeda. Aku tidak menulis fiksi. Tulisanku adalah tulisan non-fiksi, baik dalam bentuk artikel ataupun buku.
Dunia menulis yang ditekuni Zara Zettira ZR, menurutku, cukup unik. Jika Andrea Hirata dalam novel-novelnya selalu mengusung spirit tentang pentingnya mimpi, karena mimpi adalah titik pijak untuk meraih cita-cita, tidak demikian dengan Zara. Mimpi yang tinggi memang dapat menjadi daya dorong bagi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Tetapi tidak semua orang sukses memiliki mimpi. Salah seorang di antaranya adalah Zara Zettira ZR. Menurut pengakuannya, ia menjalani saja hidupnya. Paling jauh ia membikin rencana untuk dua hari ke depan. Bahkan menjadi penulis pun tidak pernah ia cita-citakan. ”It just happens”, katanya. Sewaktu sekolah dasar, ia suka membuka-buka majalah Femina, lalu tertarik membaca cerita pendek di dalamnya. Tiba-tiba saja ia ingin menulis. Jadi, Zara menjadi penulis itu bukan karena cita-cita, tetapi seperti dikatakannya, ”Aku membiarkan hidup menuntunku”.
Saat kelas enam SD, ia mengikuti lomba cipta cerpen yang diadakan Majalah Anita Cemerlang. Cerpennya yang berjudul Di Langit Masih Ada Kerdip Bintang ternyata menjadi pemenang pertama. Kemenangan ini menjadi titik pembuka bagi Zara untuk terus memproduksi kata-kata. Produktivitas Zara mengantarkannya bisa menabung yang kemudian ia gunakan untuk melancong ke Bali.
Dunia menulis itu memang unik. Aku berkali-kali berdiskusi mengenai persoalan menulis. Salah satu topik yang paling sering ditanyakan oleh teman-teman adalah bagaimana supaya bisa menulis dengan baik. Aku  biasanya memberikan jawaban teoritis atau berdasarkan pengalaman saja. Tentu, jawaban semacam ini memiliki beberapa kelemahan. Pada titik inilah, aku menemukan formula Zara bisa memperkaya perspektif mengapa ia bisa menulis sedemikian produktif. Dikatakan dalam artikel di Kompas bahwa satu keyakinan Zara, ia bisa menulis dan ia suka. Keyakinan itu pulalah dulu yang mendorong Zara memutuskan berhenti kuliah dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, yang telah ia lakoni selama empat tahun. Ia merasa tidak cocok lagi kuliah dan ingin menulis.
Aku menemukan banyak pelajaran berharga dari Zara mengenai menulis. Menulis, bagi Zara, adalah hiburan, sarana rekreasi, meditasi, dan harus datang dari hati. Orientasi menulis Zara ini, bagiku, bertolak belakang dari perspektif mengenai menulis yang selama ini berkembang. Ketika menulis diposisikan seperti Zara, aku kira menulis memang asyik dan tidak menjadi beban. Bahkan menulis itu akan dilakukan dengan penuh kegembiraan. Sebagaimana hiburan, menulis akan membuat orang yang melakukannya akan selalu diliputi kebahagiaan dan senantiasa merasa senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.