Minggu, 05 Februari 2012

LITERASI PERJUANGAN


Literasi sesungguhnya menjadi kunci utama dalam membangun kemajuan. Semakin tinggi tingkat literasi masyarakat maka semakin besar pula tingkat kemungkinan kemajuan yang dapat diwujudkan.
Ada cukup banyak contoh—dalam skala kecil atau besar—tentang  bagaimana literasi mampu mengubah kehidupan. Dalam skala kecil, kita bisa belajar dari kisah hidup Eni Kusuma. Eni Kusuma adalah seorang TKW yang memiliki semangat hidup luar biasa. Jika sebagian besar TKW kita hanya menjalani tugasnya sebagai seorang pekerja, tidak demikian halnya dengan Eni Kusuma. Selama enam tahun menjalani profesi sebagai pembantu rumah tangga di Hong Kong, Eni berhasil pulang dengan membawa sesuatu. Bukan harta yang berlimpah, tetapi sebuah hasil proses pembelajaran yang sangat menakjubkan. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai pembantu rumah tangga, ia berhasil mengasah bakat menulisnya dan bergaul dengan komunitas yang lebih luas melalui internet.
Lulusan sebuah SMA swasta di Banyuwangi ini aktif di sejumlah mailing list penulisan. Di sana keterampilannya berkembang pesat dan ia mulai bergaul dengan sejumlah penulis sukses. Artikel-artikelnya tersebar dan semakin diapresiasi oleh khalayak. Sejumlah artikel motivasinya juga berhasil dimuat di situs motivasi dan pengembangan diri. Dari situlah akhirnya pada April 2007 Eni berhasil meluncurkan sebuah buku motivasi berjudul Anda Luar Biasa!!!.
Di Indonesia, atau bahkan dunia, mungkin buku karya Eni Kusuma adalah buku motivasi pertama yang ditulis oleh seorang pembantu rumah tangga. Dan tak tanggung-tanggung, buku ini juga dikomentari oleh tak kurang dari 27 tokoh dari berbagai latar belakang, mulai penulis, motivator, tokoh masyarakat hingga aktivis ternama. Semua ini merupakan bentuk apresiasi atas semangat dan kemauan belajar penulisnya yang benar-benar menyentuh hati.
Eni Kusuma terus belajar mengasah kemampuan menulisnya. Ia juga membagikan semangatnya melalui forum-forum seminar, diskusi, serta talk show di radio-radio. Sasaran yang sedang dia bidik adalah seminar di berbagai kampus untuk menyemangati para mahasiswa atau generasi muda umumnya.
Menurut pengakuan Eni Kusuma dalam wawancara dengan Edy Zaques yang dimuat di situs pembelajar.com, aktivitasnya menulis berawal dari sebuah dream yang ingin diakui secara intelektual. Mulanya masih kabur, tetapi lama-lama semakin jelas. Karena dream yang dibangun masih kabur, awalnya Eni belajar membuat naskah novel, cerpen, dan puisi. Ketika tulisan tersebut diposting di milis Kossta—milis untuk para TKW di Hongkong di mana ia suka nulis—karya-karyanya banyak yang mengomentari. Setelah ia amati, ia merasa bahwa menjadi komentator itu lebih cerdas dan elegan. Maka ia pun belajar "berkarier" di jalur ini. Banyak yang skeptis. Namun, seorang guru dan seniornya nekat mengirimi tulisan tentang kepenulisan.
Dari situ ia mengenal situs pembelajar.com. “Korban” komentar Eni yang pertama adalah artikel Jennie S. Bev, si penulis buku Rahasia Sukses Terbesar. Jennie adalah penulis wanita yang sukses di negeri Paman Sam. Dia terkenal karena menulis. Kenapa Eni mengomentari Jenni S. Bev? Karena ia ingin "dilihat". Inilah awalnya Eni membuat artikel-artikel "motivasi"—yang istilahnya saja baru ia dengar setelah bergaul dengan komunitas Pembelajar.com.
Walaupun hanya lulusan SMA dan berprofesi sebagai TKW, Eni Kusuma mampu meraih kesuksesan dengan menulis buku. Semua itu tidak lepas dari kegemarannya untuk membaca. Buku yang utama dia baca adalah kitab suci. Makna dalam kitab suci, sebagaimana diakuinya, adalah makanan jiwa yang sangat bergizi. Sedangkan buku-buku bermutu lain—baik yang ia pulung dari sampah bacaan, beli sendiri, pinjam, maupun dikasih oleh orang-orang tercinta—adalah pelengkap untuk menambah pengetahuan. Buku yang dia baca terutama adalah buku yang sarat dengan nilai perjuangan. Lewat buku bertema perjuangan, Eni Kusuma terdorong untuk terus belajar, berjuang, dan melampaui keterbatasan yang dimilikinya.
Pengalaman Eni Kusuma meneguhkan sebuah kenyataan bahwa membaca yang menghasilkan makna akan mampu berubah menjadi sebuah potensi besar yang dapat diberdayakan. Membaca yang menghasilkan makna dan berubah menjadi potensi akan sekedar sebagai potensi manakala tidak diberdayakan dan didayagunakan. Potensi diri yang sudah dimiliki dari hasil membaca ini harus dioptimalkan untuk menghasilkan sesuatu yang berharga dalam diri. Dengan demikian, potensi yang dimiliki akan dapat menjadi prestasi yang membanggakan.
Sementara dalam skala besar, makna penting literasi perjuangan bisa kita lihat dari kasus kemajuan yang dimiliki oleh Inggris. Sebagaimana pernah ditulis oleh H. Witdarmono di Harian Kompas bahwa pada abad ke-16 terjadi perang antara Spanyol dan Inggris. Perang tersebut dimenangkan oleh Inggris. Menurut Witdarmono, salah satu penentu kemenangan Inggris melawan Spanyol adalah corak sastra rakyat. Saat tingkat perekonomian Spanyol dan Inggris berada di puncak (tahun 1560-an), corak sastra rakyat Inggris tetap penuh kisah petualangan dan perjuangan. Sementara corak sastra Spanyol penuh kemewahan dan hiburan. Sebagaimana disimpulkan McClelland, kisah perjuangan dan petualangan lebih mengembangkan tingkat n-Ach (need for achievement/kebutuhan meraih keberhasilan) rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.