Oleh Ngainun Naim
Semua
tahu Kelud memuntahkan lahar. Aku sendiri baru tahu sekitar jam 3 pagi. Kuintip
dari jendela kamar terlihat halaman rumah putih tertutup debu vulkanik. Baru
saat salat subuh di musholla kulihat dg jelas tumpukan debu sekitar satu
sentimeter.
Sekitar
jam 5 aku membangunkan anakku. Kubisikkan kalau ada gunung meletus. Ia yg
biasanya agak sulit bangun segera
membuka mata. Lalu kutuntun ke teras. Mamanya sudah mengamati halaman yg penuh
debu. Si kecil duduk di samping mamanya dan segera berceloteh, tanya ini itu,
dan terus saja bercerita. Beberapa saat kemudian kuhampiri, kuajak wudhu lalu
salat.
Usai salat ia kembali ke teras, lalu lari ke
loteng. Kemudian ia tanya bagaimana sekolahnya. Mamanya memanggil dan segera
memberitahu kalau sekolah libur. 'Alhamdulillah', ucapnya. Kulihat rona bahagia
di wajahnya. Ah, anak2 memang mengesankan. Bencana pun masih memberinya
kebahagiaan karena sekolahnya libur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.