Jumat, 18 November 2022

Setelah 18 Tahun

 


 

Ngainun Naim

 

Silaturrahmi itu membahagiakan. Ia bukan sekadar bertemu fisik secara langsung semata. Di balik pertemuan itu tersaji banyak nilai, spirit, dan manfaat.

Sekarang ini silaturrahmi tidak hanya secara fisik. Hadirnya media sosial membuat silaturrahmi menjadi semakin terbuka untuk dilakukan. Jarak yang secara geografis jauh, bisa diatasi. Implikasinya, intensitas relasi semakin erat.

Namun bertemu fisik dan non-fisik tetap menyisakan sesuatu yang berbeda. Pertemuan fisik jauh lebih bermakna dan meninggalkan kesan mendalam. Beda dengan pertemuan non-fisik yang hanya melalui media sosial.

Setidaknya begitulah pemahaman dan pengalaman saya. Komunikasi lewat HP itu penting tetapi tetap saja berbeda dengan bertemu langsung. HP tidak mampu memenuhi dimensi emosional yang sulit diungkapkan. Kehadiran dan keterlibatan dalam pertemuan secara langsung menyajikan kesan dan pengalaman khas. 

Datang menjelang magrib

Pada tulisan sederhana ini saya akan berkisah tentang pertemuan dengan Bulik saya. Pertemuan ini sungguh membahagiakan setelah 18 tahun. Ya, tahun 2004 saya bersilaturrahmi ke rumah beliau dan baru bisa kembali untuk silaturrahmi di tahun 2022. Cukup lama tetapi bahagia akhirnya kembali bisa bersua.

Bulik saya ini adalah adik kandung Bapak. Namanya Bulik Mariyah atau saya memanggilnya Mak Yah. Beliau bersama seluruh anggota keluarganya ikut program transmigrasi dari pemerintah pada tahun 1983. Kehidupan ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan di Jawa menjadikan transmigrasi sebagai pilihan. Mereka ditempatkan di Desa Wawasolo Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

Tanggal 28 September 2022 lalu saya mendapatkan undangan untuk mengisi sebuah acara di IAIN Kendari. Pihak yang mengundang adalah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Kendari. Materi yang saya bawakan ya itu-itu saja. Jika tidak tentang penelitian, ya pengabdian masyarakat, atau tentang hal-ikhwal dunia menulis. Seputar itulah, Maklum, bisanya juga tentang hal itu. Itu pun ya ala kadarnya.

Undangan ini, setelah melalui negoisasi yang cukup alot dalam soal waktu, akhirnya saya terima. Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga. Saya bisa memanfaatkan waktu untuk kembali silaturrahim dengan Mak Yah dan anak-anaknya.

 Berpamitan setelah menginap semalam

Beberapa kali anak Mak Yah memang pulang ke Jawa. Tapi saya tidak selalu bertemu karena kesibukan.

Hari rabo jam 16.20 WITA acara yang saya isi usai. Setelah urusan teknis selesai, saya diantar oleh empat orang crew LP2M IAIN Kendari. Kami meluncur menuju rumah Mak Yah. Jika melihat Google Map, jarak ke rumah Mak Yah sejauh 50 KM. Waktu tempuhnya satu jam sepuluh menit.

Secara umum saya masih memiliki beberapa memori di jalanan menuju rumah Mak Yah. Saya cukup menikmati perjalanan sore itu. Sepanjang perjalanan kami saling bergurau dan bercerita. Sungguh perjalanan yang indah.

18 tahun jelas bukan waktu singkat. Dulu ketika saya berkunjung, istri saya sedang hamil anak pertama. Kini anak saya sudah kelas 3 SMA. Jadi sudah cukup lama.

Secara umum sudah cukup banyak perubahan di berbagai lokasi yang kami lewati. Saya kira itu wajar karena pembangunan yang semakin merata. Jalanan semakin bagus dan lebar. Banyak bangunan yang berdiri di berbagai sudut jalanan. 

 Bersama Abdizar, cucu. Ternyata sudah tua.

Saya hanya memiliki waktu menginap semalam. Tiket pesawat untuk kembali dari Kendari ke Surabaya esok harinya pada jam 13.00 WIB. Jadi cukup lumayanlah untuk berkumpul dan bercerita bersama para anggota keluarga. Paling tidak semalam ada waktu berbincang sebelum sekitar jam 09.00 saya akan menuju Bandara Kendari.

Menjelang masuk Kecamatan Pondidaha sebuah pesan WA masuk dari Lion Air. Intinya jam terbang yang awalnya pukul 13.00 dimajukan menjadi jam 09.30. Ini mau tidak mau merubah skenario perjalanan. Awalnya kawan-kawan IAIN Kendari akan siap antar jemput. Tapi jika jamnya maju tentu mereka kesulitan menata waktu. Tidak mungkin mereka akan berangkat menjemput sebelum subuh.

Perjalanan berlanjut. Bantuan Google Map membuat saya tidak kesulitan menemukan rumah Mak Yah. Sepanjang perjalanan, Soin--menantu Mak Yah--telepon berulang kali untuk memastikan saya sampai di mana.

Menjelang magrib kami sampai. Mak Yah dan anak-anak, cucu dan cicitnya menyambut kami. Sungguh pertemuan mengharukan setelah 18 tahun tidak bersua.

Kami kemudian masuk ke ruang tamu dan terlibat dalam perbincangan yang hangat. Kawan-kawan dari IAIN Kendari juga menjadi bagian dalam perbincangan ini dengan diselingi shalat magrib. Jamuan makan malam membuat kami semakin akrab.

Pukul 19.00 kawan-kawan IAIN Kendari pamit. Saya menyampaikan terima kasih atas bantuan mereka yang mau mengantar saya ke tujuan. Esoknya mereka tidak perlu menjemput karena keluarga siap mengantar ke Bandara.

Malam semakin larut. Kami kemudian bergeser ke teras. Semua duduk dan berkisah tentang banyak hal. Tentang keluarga besar kami yang telah beranak-pinak sedemikian banyak. Juga tersebar di berbagai pulau.

Kendari dari udara. Menjelang mendarat.

Inilah kisah hidup yang harus dijalani. Pertemuan selalu menghadirkan kisah dan kenangan. Juga tentang mimpi dan harapan.

Sudah hampir jam 23.00 saat saya harus istirahat. Esok pagi jam 06.00 saya harus ke Bandara Halu Oleo untuk melanjutkan perjalanan hidup.

Pagi jam 06.00 usai sarapan saya pamitan. Kami naik mobil yang dikemudikan cucu menantu Mak Yah. Bersama kami ada cicit Mak Yah, Abidzar, dan anak bungsu Mak Yah, Habib.

Memang hanya sesaat waktu yang saya miliki tetapi cukup untuk melepas kangen. Teriring doa semoga bisa bersua di waktu berikutnya. Amin.

 

Makassar, 29 September 2022

26 komentar:

  1. Sungguh bahagia bertemu sanak saudara...

    BalasHapus
  2. MasyaAlloh. Prof... Barokalloh fiikum wafii umrikum.. Sehat selalu prof..

    BalasHapus
  3. Semoga Prof. Ngainun dan Mak Yah sehat sehalu.

    BalasHapus
  4. Terima kasih telah berbagi tulisannya P prof

    BalasHapus
  5. Semoga silaturrahimnya membawa berkah Prof.

    BalasHapus
  6. Ada saja. Bisanya ya memberi materi ttg penelitian, pengabdian, dan dunia menulis
    Lha memang itu spesialisasinya. Hehehe

    BalasHapus
  7. Turut bahagia, Prof. Saya juga berusaha memanfaatkan setiap perjalanan ke kota manapun untuk bisa kopdar dengan teman atau saudara yang sebelumnya hanya bisa komunikasi di media sosial. Salam sehat dan sukses, Prof.

    BalasHapus
  8. Selamat berkangen kangenan Prof. Semoga diberi umur barokah

    BalasHapus
  9. Subhanallah indahnya bersilaturahmi, berbagi rasa juga ilmu. Fii amanillah

    BalasHapus
  10. Turut merasakan kebahagiaan dalam kebersamaan bersama kerabat. Sehat selalu prof.

    BalasHapus
  11. Senangnya bertemu family jauh. Sehat selalu Prof.

    BalasHapus
  12. MasyAllah, Barokah prof, mugi panjenegan selalu dipun paringi kesehatan kaliyan dipun lancaraken sedoyonipun

    BalasHapus
  13. Masya Allah. Setelah sekian purnama baru bertemu, Prof. Silaturrahmi memperpanjang umur. Sehat dan sukses selalu, Prof.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.