Senin, 03 Mei 2021

Sehari Bersama Ibuk

 

Ngainun Naim

 


Setiap hari kamis sore selalu saya usahakan sowan Ibuk dan ziarah ke makam Bapak. Bagi saya ini adalah aktivitas yang sangat penting. Saya berdoa di pusara Bapak yang berpulang setahun yang lalu. Semoga beliau husnul khatimah. Saya juga berdoa agar hidup yang saya jalani sekarang ini penuh berkah.

Kamis tanggal 29 April 2021, seusai dari makam Bapak, saya berbincang dengan Ibuk. Beliau meminta saya untuk mengantar ziarah makam. Saya langsung menyanggupi pada hari Sabtu tanggal 1 Mei 2021.


 

Sabtu pagi saya masih harus mengajar online karena jadwal kuliah hari jumat mengalami perubahan karena satu dan lain hal. Usai mengajar sekitar jam 11.00 kami berangkat. Ikut serta dalam rombongan adalah Ibuk, saya, Kikin (adik bungsu), dan Qubba (anak sulung).

Suasana siang itu sungguh panas. Kami membawa payung, kursi duduk, dan buku yasin. Tujuan pertama kami adalah Makam Sambijajar. Di makam ini ada Mbah Tamar (Bapak angkat Ibuk) dan Mbah Sabari. Terakhir saya berziarah ke makam ini dua tahun lalu bersama Bapak dan Kikin. Tahun 2020 kami tidak berziarah karena Bapak sakit sampai kemudian beliau berpulang.

Satu hal yang sungguh kami kagumi dari Ibuk adalah daya ingatnya yang luar biasa. Informasi tertentu akan hafal secara kuat. Beda betul dengan kami anak-anaknya. Tentang makam Mbah Tamar, misalnya, beliau menyampaikan bahwa Makam Mbah Tamar dan Mbah Sabari sekarang ini di tengahnya adalah Makam Pak Ngudiono bin Saeran, salah seorang famili. Benar saja, begitu sampai lokasi makam, informasi tersebut valid.

Usai membaca Surat Yasin dan berdoa, kami bergerak ke makam berikutnya, yaitu Makam Mbah Sringatun, Ibu kandung Ibuk. Letak makam beliau di utara rel Desa Bendiljati Wetan. Lokasi makam cukup sejuk karena di antara pepohonan yang rindang. Sebagaimana di Makam Mbah Tamar, di makam ini kami segera membaca Surat Yasin dan berdoa. 


 

Setelah selesai kami segera menuju Makam Mbah Munaris. Beliau adalah Bapak kandung Ibuk. Makamnya ada di Lak Alung Ngunut, sebelah barat Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ngunut Tulungagung. Di sini dimakamkan juga kakak kandung Ibu, yaitu Budhe Siti Aminah dan suaminya, Pakdhe Syuhadak.

Sepanjang kami berziarah bersama Bapak selama beberapa tahun, kami belum pernah menemukan Makam Mbah Munaris. Dulu saya juga mengantarkan Mbah Munaris saat wafat. Bapak demikian juga. Namun karena kuburan sangat padat dan tahun wafat Mbah Munaris juga sudah sangat lama, makam beliau tidak kami temukan. Kami hanya berdoa di makam itu.

Beruntung ada Ibuk. Saat kami ziarah kemarin, tidak butuh waktu lama karena hanya dalam beberapa kali pencarian saja Nakam Mbah Munaris ditemukan. Ibuk sungguh kuat ingatannya. Kami pun segera duduk dan membaca Surat Yasin untuk beliau. Doa yang sama juga tertuju kepada Pakdhe Syuhadak dan Budhe Siti Aminah.

Matahari sedang sangat terik. Makam Lak Alung yang sangat padat membuat Ibuk agak kesulitan berjalan mencari celah untuk keluar. Pelan-pelan kami beringsut meninggalkan makam dan bergerak menuju Masjid Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Ngunut. Kami menunaikan shalat dhuhur berjamaah.

Usai shalat kami menuju makam KH Ali Shodiq Umman. Lokasi makam persis di timur Masjid. Sebagaimana di makam sebelumnya, kami berdoa dan membaca Surat Yasin. Dua tahun lalu saat bersama Almarhum Bapak di makam ini ada dua pusara, yaitu Makam Mbah Yai Ali dan Bu Nyai. Kini ada dua pusara lagi di sebelah selatan, yaitu Kiai Dar dan Bu Nyai.

Sudah hamper jam 13.00. Perjalanan masih Panjang. Kali ini mobil meluncur menuju Desa Bacem Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Cukup lumayan jauh. Di desa ini tinggal kakak Ibuk yang tertua. Namanya Budhe Siti. Memang beberapa waktu sebelumnya Ibuk dan Budhe Siti bertemu saat takziah ke saudara kandung beliau berdua yaitu Budhe Siti Aminah yang tinggal di Mushola baratnya Stasiun Ngunut. Tapi Ibuk ke rumah Budhe Siti terakhir tahun 2016. Sudah cukup lama.


 

Perjalanan menuju Desa Bacem lumayan lancar. Tidak ada satu jam kami sampai di rumah sejuk yang lokasinya hanya beberapa puluh meter dari Candi Bacem tersebut. Tentu Budhe Siti dan Pakdhe Kastup sangat terkejut dengan kehadiran kami. Maklum kami memang tidak memberitahukan sebelumnya.

Kami pun terlibat dalam perbincangan hangat, khususnya Ibuk. Saya yang kecapekan segera merebahkan diri. Tidak terlalu lama. Mungkin 20-an menit. Saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Saya segera mengajak Kikin dan Qubba untuk shalat ashar.

Tepat pukul 15.30 kami pamit. Perjalanan masih panjang. Sore hari menjelang berbuka puasa jalanan lumayan padat. Susuai perkiraan bersama, kami sampai di rumah nyaris menjelang berbuka Bersama. Alhamdulillah, Bahagia rasanya bisa mengantarkan Ibuk ke berbagai tujuan sesuai permintaan beliau. Semoga beliau selalu sehat dan bahagia. Amin.

 

Trenggalek, 2-3 Mei 2021

36 komentar:

  1. Sungguh luar biasa Prof yang soleh...

    BalasHapus
  2. Keteladanan sikap anak terhadap orang tua yang harus ditiru

    BalasHapus
  3. Luarbiasa nilai-nilai yg sangat baik patut diteladani oleh semua orang
    Silakan mampir ngih : https://putuekaputra2020.blogspot.com/

    BalasHapus
  4. Semoga doa anak yg Sholeh sampai kepada Allah.

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah..doa anak yang shaleH Terus mengalir utk para ahli kubur

    BalasHapus
  6. Subhanallah sungguh cerita yang menarik 👍

    BalasHapus
  7. Allaahummaghfirlahum warhamhum wa'aafihi wa'fu 'anhum

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah masih ada ibu yg luar biasa, masih banyak kesempatan berbakti dan membahagiakan hati ibu... Pak Dosen juga doa doanya pada ahli kubur semoga terus mengalir

    BalasHapus
  9. Masya Alloh perjalanan amal sholih yg patuy ditiru, ini uswatun hasanah da'wah bil hal walkitabah.

    Ternyata bersaudara dg Bu Amin Langgarkauman, keluwarga P.Munaris.. Subhanalloh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur suwun Bu. Mbah Munaris kakek saya dari jalur Ibu. Budhe Amin Langgar Kauman itu kakak kandung Ibuk.

      Hapus
  10. https://dawamikomunikasi.blogspot.com/2021/03/lingkar-literasi-tafidu-dan-tafidu-media.html

    BalasHapus
  11. bakti yang baik kepada Ibuk pantas diteladani

    BalasHapus
  12. Semoga Ibunda diberi kesehatan dan umur panjang yang bermanfaat untuk pulang ke kampung akhirat.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.