Ngainun Naim
Kematian itu kemestian. Tidak ada yang bisa menghindarinya. Hanya persoalan waktu saja.
Persiapan apa yang sudah kita lakukan?
Pertanyaan sederhana tetapi saya kira penting untuk menjadi bahan renungan kita bersama. Ada begitu banyak pelajaran hidup dari kematian, termasuk sahabat terbaik kita semua, Dr. Fathul Mujib, M.Ag. Pelajaran untuk menjalani hidup ini sebaik mungkin. Pelajaran untuk meninggalkan hal baik sebagaimana yang dilakukan oleh Dr. Fathul Mujib.
Begitu berita tentang meninggalnya Dr. Fathul Mujib tersebar luas pada Jumat 21 Agustus 2020, saya berpikir untuk mendesain sebuah buku yang isinya adalah apa pun kenangan tentang Dr. Fathul Mujib. Saya berharap buku ini akan memuat banyak kisah tentang sosok Dr. Fathul Mujib.
Buku ini memiliki makna penting dalam membuat sebuah kenangan. Ya, kenangan tentang seseorang yang telah berpulang. Seorang sahabat yang hidupnya penuh kebajikan. Sebuah teladan luar biasa.
Semua kawan, kolega, dan kenalan terkejut. Coba Anda baca tulisan demi tulisan di buku ini. Nyaris semuanya mengungkapkan keterkejutan. Saya kira itu wajar karena kepergian Dr. Fathul Mujib memang begitu mendadak.
Kepergian Dr. Fathul Mujib yang sedemikian mendadak mengingatkan saya tentang dua hal yang pernah ditulis oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dalam buku Psikologi Kematian (2020). Pendapat Prof. Dr. Komaruddin Hidayat terasa sangat menyentuh sisi terdalam kemanusiaan. Mungkin ada yang tidak setuju dengan pendapat beliau tetapi pendapat tersebut penting untuk direnungkan agar kita bisa menghadapi kematian secara baik.
Pertama, kematian umumnya disikapi sebagai bentuk kesedihan. Sikap ini wajar dan dialami oleh kita semua. Namun Prof. Komar memiliki pendapat yang berbeda. Menurut beliau, ketika ruh keluar dari jasad dan dinyatakan meninggal seharusnya disikapi dengan ikhlas dan melepaskan dengan doa. Ibarat mengendarai balon yang hendak terbang ke atas, perjalanan ruh menjadi enteng kalau keluarganya mengantarkan dengan doa, memaafkan dan ikhlas, karena sesungguhnya mati tak ubahnya pulang mudik ke kampung Ilahi.
Kedua, kita sekarang ini menghabiskan energi untuk mencari hal yang bersifat materi. Tentu mencari materi itu sah saja dan memang kita perlukan dalam kehidupan. Namun jangan sampai tujuannya hanya semata-mata untuk materi. Seharusnya ada dimensi ibadah di dalam kerja yang kita lakukan. Kekayaan duniawi, demikian Prof. Komaruddin Hidayat, terlihat jelas hanya sebatas sarana untuk tujuan yang lebih mulia. Ibarat tubuh, dunia ini tidak memiliki kehidupan pada dirinya tanpa adanya ruh. Agar benda mati jadi hidup, harus ada yang menghidupkan dari luar yang derajatnya lebih tinggi. Yaitu niat dan amal kebajikan untuk menolong sesama hamba Tuhan dengan anugerah umur, tenaga, pikiran, dan kekayaan yang ada.
Kehidupan Dr. Fathul Mujib yang sarat dengan kebajikan terlihat dalam keseluruhan tulisan demi tulisan di buku ini. Antologi untuk mengenang Dr. Fathul Mujib ini merupakan hal baru yang penting untuk dibudayakan. Mengenang seseorang lewat tulisan adalah ikhtiar menanamkan pembelajaran kebajikan.
Terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi di buku ini. Semoga menjadi amal ibadah. Amin.
Terima kasih juga Bapak... Saya telah diperkenankan untuk berkontribusi dengan tulisan yang maasih tertatih-tatih...
BalasHapusSaya Alif... Murid yang juga sangat mengidolakan panjenengan... Semoga Pak Naim dikaruniakan kesehatan dan keberkahan...
Amin. Terima kasih Mas ALif.
HapusTerimakasih pak Naim. Tulisan jnengan selalu menginspirasi. Profokasi menulis yang tetap di gaungkan membuat saya semangat menulis.
BalasHapusSelagi masih ada kesempatan, teruslah berkarya... Terimakasih bapak.. teruslah menginspirasi melalui tulisan..🙏
BalasHapusTerima kasih
HapusJasadnya telah kembali ke dalam dekapan bumi, ruhnya kembali kepada Sang Pemilik, kebajikannya menjadi amal yang berkesinambungan. Tulisan dan kenangannya lestari, menemani pembacanya hingga ahir masa. Mudah2an menjadi pelajaran berharga untuk kita. Terimakasih pak Dr. Naim.
BalasHapusSebuah karya yang pastinya akan sangat bernilai. Terutama bagi keluarga almarhum
BalasHapusSaya sangat bersyukur bisa menulis utk almarhum yg awalnya ragu utk menyampaikan ide saya kpd Pnjngn Pak Naim... Alhamdulillah gayung bersambut... Terims kasih
BalasHapusEnergi positif yang ditinggalkan almarhum adalah hasil karya luar biasa. Terimakasih prof untuk kesempatan bergabung.
BalasHapusSalam kenal pak naim. Selamat berkarya
BalasHapusLuar biasa bapak..
BalasHapusSang inspirator
Sebuah ibrah, smoga wafatnya beliau memberi dan mengingatkan kita untuk bersiap dan menyiapkan bekal tuk perjalanan ya kita tidaktau kapan berangkatya, tapi itu pasti... Kita lalui.
BalasHapusSmg Alloh mengampuni dosa almarhum dan perjuangannya jad amal dunia akherot, aminn
Masyaallah.. ❤️❤️❤️
BalasHapusKarya yg luarbiasa pak, kagem beliau alfatihah..
Assalamualaikum. Terimakasih Prof. Naim, sebuah tulisan yang menginspirasi sejuta hati.
BalasHapusSemoga amal ibadah beliau diterima disisinya. Amin
BalasHapusBanyak yang bilang almarhum adalah sosok yang baik dan sabar,,, semoga amal ibadah beliau diterima ole Allah swt.
BalasHapusHadirnya buku antologi tentang beliau semoga bisa menjadi hadiah terindah bagi keluarganya
Amiin
Senang dulu masih bisa belajar dengan beliau
BalasHapus