Oleh Ngainun
Naim
Kolom-kolomnya yang terbit setiap minggu di sebuah
majalah terkenal terbitan Jakarta begitu memikat. Wajar jika penggemarnya cukup
banyak. Pendekatan tasawuf dan filosifis yang diolah dengan bahasa memikat
membuat kolomnya selalu ditunggu.
Seiring perjalanan waktu orang mulai bertanya; siapa
Fikri Yatir? Di jajaran kolomnis dan intelektual Muslim nama ini belum pernah
terdengar. Berbagai dugaan pun bermunculan.
Nama samaran sesungguhnya menjadi fenomena yang cukup
lama dalam dunia kepenulisan Indonesia. Tetapi jika mau jujur, saya lebih suka
menulis pakai nama sendiri, terutama di facebook. Nama asli plus foto asli
memudahkan terjalinnya komunikasi penuh kejujuran. Saya berkali-kali menghapus
akun yang nama dan fotonya tidak jelas.
Kemarin seorang kolega bercerita tentang pemilik akun
yang membuat resah sebuah komunitas. Saya ditanya apa kenal nama itu. Ini
pertanyaan yang tidak mudah dijawab karena dua hal; nama dan fotonya kurang
jelas menunjukkan identitas diri.
Kembali ke Fikri Yatir, belakangan terkuak kalau itu nama
samaran intelektual Muslim asal Bandung, yaitu Jalaluddin Rakhmat. Ini
mengindikasikan bahwa nama samaran suatu ketika pasti akan terkuak. Tinggal tunggu waktu saja. Salam.
Trenggalek, 1 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.