Jumat, 30 Agustus 2013

Berubah atau Mati!



Berubahlah atau Mati!
Oleh Ngainun Naim

Perubahan adalah bagian tidak terpisah dari kehidupan ini. Menghadapi perubahan, pilihan terbaik adalah mewarnainya. Larut dalam perubahan akan membuat kehilangan identitas diri. Sementara bertahan dan mengabaikan perubahan, justru akan menjadikan diri kita ”makhluk aneh”.
Mewarnai perubahan bukan hal mudah. Realitas kehidupan sekarang ini justru menunjukkan betapa banyak yang larut dalam perubahan. Gaya hidup, misalnya, menjadi bukti konkrit betapa banyak orang yang ikut arus terhadap model-model baru yang tidak selaras dengan budaya bangsa dan ajaran agama. Fashion juga bisa dijadikan contoh lain untuk hal ini.
Salah satu aspek penting yang dapat menjadi modal untuk mewarnai perubahan adalah pendidikan. Pendidikan memberikan modal besar—pengetahuan, sikap, dan keterampilan—sehingga memungkinkan seseorang dapat menjadi manusia yang selalu eksis menghadapi setiap perubahan. Bahkan, sangat mungkin ia mampu menjadi pioner perubahan itu sendiri.

Pesan Direktur
Pada hari rabo, 28 Agustus 2013, Program Pascasarjana STAIN Tulungagung melaksanakan yudisium. Yudisium diikuti oleh 78 calon wisudawan dari dua program studi, yaitu Program Studi Pendidikan Islam dan Hukum Ekonomi Syariah. Acara ini juga dihadiri oleh Pimpinan STAIN Tulungagung.

Secara umum, yudisium berlangsung lancar dan khidmah. Pada saat memberikan sambutan, Direktur Program Pascasarjana, Dr. As’aril Muhajir, M.Ag menyampaikan bahwa kuliah S-2 itu memang tidak ringan. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan, di antaranya biaya, tenaga, waktu, kesempatan, dan kemauan. Banyak orang yang ingin meneruskan studi S-2, tetapi tidak semuanya mendapatkan kesempatan.
Aspek yang menarik dari sambutan Direktur adalah tentang klasifikasi ilmu. Menurut Dr. As’aril, ilmu itu bisa diklasifikasikan menjadi tiga jenis. Pertama, ilmu yang bisa memberikan manfaat. Berkaitan dengan klasifikasi ini, Pak Aril—panggilan akrabnya—menjelaskan bahwa bentuk kemanfaatan ilmu itu bisa dilihat pada dampak belajar dan bertambahnya ilmu terhadap kehidupan secara luas. Setelah menyelesaikan S-2, kiprahnya semakin jelas, wawasannya semakin baik, juga ada dampak konkrit yang positif berupa perubahan diri. Karena itu, Dr. As’aril juga mengajak para peserta yudisium untuk selalu belajar dan terus belajar. Belajar tidak ada habisnya. Jika memang memiliki peluang dan kesempatan, beliau juga menganjurkan agar melanjutkan studi lebih lanjut, yakni ke jenjang S-3.
Klasifikasi kedua, ilmu yang tidak bermanfaat. Bertambahnya ilmu tidak menambah kebaikan tetapi justru semakin mendorong melakukan hal-hal tidak baik. Bukannya menjadi lebih arif dan bijaksana, selesainya S-2 justru menjadi kesempatan untuk melakukan berbagai perilaku yang tidak terpuji. Karena itu, Direktur mengingatkan seluruh peserta agar jangan sampai menjadi lulusan yang masuk dalam klasifikasi ini.
Klasifikasi ketiga adalah, lulus S-2 tidak ada perubahan sama sekali. Ilmunya tidak memberikan manfaat sekaligus juga tidak memberikan mudharat. Lulus S-2 tidak merubah sama sekali diri, selain menambah daftar gelar lebih panjang. Tentu saja, klasifikasi semacam ini juga tidak ideal.
Lebih lanjut Pak Direktur mengajak dan mendoakan seluruh lulusan agar mampu menjadi manusia yang memiliki ilmu klasifikasi pertama. Manusia semacam ini akan selalu menerangi kehidupan. Ia mampu memberikan pencerahan diri, keluarga, masyarakat, dan siapapun yang berinteraksi dengan dirinya.

Spirit of Change
Setelah sambutan dari Direktur PPs STAIN Tulungagung, sambutan berikutnya adalah sambutan pimpinan yang disampaikan oleh Wakil Ketua I, Prof. Dr. H. Imam Fu’adi, M.Ag. 

Pada kesempatan tersebut, Prof. Fu’ad menyampaikan berbagai hal berkaitan yudisium. Menurut Prof. Fu’ad, yudisium dan wisuda adalah puncak studi. Perjuangan, stress, dan segenap jerih payah selama dua tahun menempuh studi berakhir pada yudisium dan wisuda. Karena itu, tegas Prof. Fu’ad, yudisium dan wisuda itu isinya bahagia. Tidak ada kesedihan. Bahagia karena perjuangan panjang yang penuh perjuangan akhirnya tertunaikan sudah.
Profesor ahli sejarah tersebut kemudian menjelaskan bahwa tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh lulusan adalah tantangan perubahan. Perubahan menjadi realitas yang harus disikapi secara bijak. Harus disiapkan berbagai perangkat untuk melakukan transformasi dalam era ini. Secara tegas beliau mengatakan bahwa pilihannya secara ekstrim hanya dua, ”Change or Die!”.
Beliau kemudian memaparkan berbagai data sejarah tentang bagaimana perubahan pada individu, kelompok sosial, dan bahkan negara. Semunya mengalami kemajuan karena kemampuan untuk melakukan perubahan, atau paling tidak, mewarnai perubahan. Sementara mereka yang bertahan dan bahkan anti terhadap perubahan, kebanyakan justru tergilas oleh perubahan.
Uraian panjang lebar Prof. Fu’ad tentang data-data sejarah berkaitan dengan perubahan menegaskan akan arti penting menjadi manusia yang bermutu. Berkaitan dengan inilah, pilihan memiliki ilmu yang bermanfaat, sebagaimana telah dijelaskan Direktur PPs, juga diberikan penegasan ulang oleh Prof. Fu’ad.

Acara yang berlangsung khidmah ini berakhir pada pukul 11.30. Acara kemudian diakhiri dengan salam-salaman dan foto bersama. Selamat kepada seluruh peserta yudisium. Semoga ilmunya bermanfaat sebagaimana dijelaskan oleh Direktur PPs. Amin.
Salam!
Tulungagung, 29 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.