Jumat, 12 Juli 2013

POTONG KOMPAS



POTONG KOMPAS
Oleh Ngainun Naim

Mengapa Indonesia menjadi negara yang korupsinya tumbuh subur tak terkendali? Ada banyak jawabannya. Bisa karena memang sistemnya sudah rusak, adanya kesempatan, mental yang jelek, atau juga karena berbagai sebab lainnya. Jawaban yang ada bisa jadi lebih banyak lagi, tergantung konteks dan potensinya.
Maraknya korupsi di (hampir) semua level menunjukkan satu hal, yakni tumbuh suburnya budaya ”potong kompas”. Budaya potong kompas adalah budaya yang berorientasi pada pencapaian hasil secara cepat dengan mengabaikan proses. ”Mentalitas proses” diabaikan karena dianggap terlalu ribet, lama, dan semakin tergerus budaya potong kompas.
Berkaitan dengan budaya potong kompas ini, menarik menyimak pendapat cendekiawan Muslim Almarhum Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Menurut Cak Nur—sapaan akrab Nurcholish Madjid—pada diri manusia terdapat dorongan dan kecenderungan berlaku tamak. Potensi ini jika tidak dapat dikendalikan secara baik dan benar akan dapat mengarahkan dan mendorong manusia pada kehancuran moral dan spiritual (30 Sajian Ruhani, hal. 27).

Coba Anda simak baik-baik pendapat Cak Nur tersebut. Manusia itu cenderung berlaku tamak, dan itu bisa dicermati dari perilaku korup yang kian menggurita. Koruptor itu tidak pernah puas. Mengeruk harta lewat cara apapun tanpa pernah merasa cukup. Berbagai kesempatan akan dimanfaatkan untuk memenuhi ambisinya. Pada titik inilah, ajaran agama memegang peranan yang penting. Tentu bukan sekadar memahami ajaran agama, tetapi bagaimana mengamalkan dan menghayatinya.
Ajaran puasa ramadhan menjadi momentum yang seharusnya tidak sekadar dijalani secara rutin. Agar puasa kita semakin bermutu, Cak Nur menyarankan supaya kita membangun kesadaran terhadap puasa yang kita lakukan. Kesadaran ini penting sebagai titik pijak untuk membangun puasa yang lebih berkualitas. Puasa juga mengajarkan kepada kita untuk menjalani proses secara sabar, bukan potong kompas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini. Komentar anda sangat saya hargai.